kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.884.000   -23.000   -1,21%
  • USD/IDR 16.210   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Hadapi tekanan perdagangan, ekonom Core: Lebih realistis menahan laju impor


Senin, 04 Maret 2019 / 19:54 WIB
Hadapi tekanan perdagangan, ekonom Core: Lebih realistis menahan laju impor


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok menunjukkan perlambatan. Padahal dua negara tersebut merupakan negara tujuan utama ekspor Indonesia. Menghadapi tekanan tersebut BI melihat perlu adanya upaya membuka pasar baru serta mengambil kesempatan relokasi dari Tiongkok diarahkan ke Tanah Air.

Kendati demikian, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah melihat upaya yang lebih realistis ketimbang melihat dari sisi ekspor. "Lebih realistis menahan laju impor," jelas Piter saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (4/3).

Upaya nyatanya, sebenarnya sudah dilakukan oleh pemerintah. Antara lain kewajiban B20 dan pengenaan pajak pada 1.147 barang konsumsi. Namun, Piter menambahkan yang lebih perlu ditinjau adalah kebijakan pelonggaran impor seperti kebijakan post border agar impor tidak membanjiri pasar dalam negeri. Kebijakan pengawasan di luar pelabuhan ini dianggap kurang efektif dalam menahan laju impor.

Sedangkan untuk mencari pasar baru, cara ini dirasa cukup sulit. Sebab perlambatan ekonomi global berlaku di hampir semua negara. Negara dengan pertumbuhan relatif tinggi justri negra peer yang karakteristiknya mirip dengan Indonesia seperti Vietnam dan Filipina. "Jadi sulit bisa mendapatkan pasar baru untuk menutup penurunan permintaan AS dan Tiongkok," jelas Piter.

Sama halnya dengan memanfaatkan peluang relokasi industri di saat ekonomi Tiongkok. Menurut Piter, kondisi ini sudah terjadi di 2018. "Kita justru kalah bersaing dengan Vietnam dan lainnya. Investasi PMA justru turun," imbuh Piter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×