kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hadapi Ancaman PHK dan Resesi, Apindo Tekankan Kolaborasi Antar Pemangku Kebijakan


Senin, 21 November 2022 / 19:17 WIB
Hadapi Ancaman PHK dan Resesi, Apindo Tekankan Kolaborasi Antar Pemangku Kebijakan
ILUSTRASI. Hadapi ancaman PHK dan resesi ekonomi, Apindo tekankan adanya kolaborasi antar pemangku kebijakan. ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/foc.


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Bidang Pengupahan dan Jamsos DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Nurjaman mengungkapkan tahun depan para pengusaha menghadapi harapan penuh ketidakpastian. Dia menjabarkan, pertama adalah karena belum berakhirnya perang Rusia dengan Ukraina. Namun demikian, harapan sudah lebih bagus karena perang sudah mulai melandai.

"Oleh karena itu harapan besar ke depan adalah kolaborasi antara pengusaha, pemerintah, pekerja dalam menghadapi ancaman resesi ini," ujarnya ditemui dalam acara CEO Gathering dan Musyawarah Provinsi DPP Apindo DKI di Grand Sahid, Jakarta, Senin (21/11).

Nurjaman mengatakan, krisis yang dihadapi tidak bisa diselesaikan tanpa kolaborasi yang bagus di berbagai sektor. Semua pemangku kepentingan, mulai dari pengusaha, pemerintah dan pekerja perlu mengawal kebijakan dan pelemahan ekonomi. Hal ini dilakukan agar tidak terjebak pada masalah yang tidak diharapkan.

Baca Juga: Upah Minimum 2023 Maksimal Bisa Naik 10%, Ini Respon Pengusaha

Lebih jauh Nurjaman menjabarkan, kolaborasi antara masyarakat, pengusaha dan pemerintah ini tergambar pada bagaimana pengusaha mempertahankan perusahaannya, pemerintah membuat regulasi yang mendorong investasi. Dia menilai, dengan membuat regulasi ramah investasi, maka kekhawatiran-kekhawatiran gelombang PHK, keadaan ekonomi memburuk dapat ditekan.

"Kuncinya bagaimana pengusaha bisa mempertahankan perusahaan dan bagaimana pekerja bisa bekerja. Makanya kata kuncinya saat ini, jangan dulu berpikir kesejahteraan, tapi kelangsungan usaha dan kelangsungan bekerja. Bagaimana kita melakukan pendekatan upah dan sebagainya, kalau perusahaan tutup? Buat apa?" ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×