kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.465   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.898   66,24   0,97%
  • KOMPAS100 1.001   10,19   1,03%
  • LQ45 775   7,44   0,97%
  • ISSI 220   2,72   1,25%
  • IDX30 401   2,31   0,58%
  • IDXHIDIV20 474   1,13   0,24%
  • IDX80 113   1,15   1,03%
  • IDXV30 115   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   0,58   0,44%

Gara-Gara Hal Ini, Ekspor Minyak Sawit Indonesia Bisa Kalah dari Malaysia


Selasa, 06 Mei 2025 / 07:23 WIB
Gara-Gara Hal Ini, Ekspor Minyak Sawit Indonesia Bisa Kalah dari Malaysia
ILUSTRASI. KPPU mengatakan, produk ekspor Indonesia akan kalah saing dengan negara lain akibat adanya tarif timbal balik impor yang dikenakan Amerika Serikat (AS). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Selanjutnya, tarif tinggi yang ditetapkan AS atas China akan mengakibatkan negara itu mencari pasar alternatif, salah satunya Indonesia. 

Dampaknya, Indonesia akan mengalami kebanjiran produk China dengan harga yang lebih murah. Khususnya di industri elektronik, plastik, produk dari besi dan baja, furniture, pakaian, sepatu, serta kendaraan dan aksesorisnya dengan potensi nilai impor sebesar 221,6 miliar dollar AS. 

"Yang mengkhawatirkan adalah strategi pelaku usaha dalam pasar yang oversupply, umumnya yang dilakukan adalah perilaku praktik predatory pricing atau menjual dengan harga rugi," tutur Aru. 

"Jadi perilaku ini sangat rawan terjadi dan KPPU, pemerintah, dan pemerintah harus dapat mencegah hal ini terjadi dengan memfokuskan pengawasan pada produk yang berkaitan dengan ekspor dan impor," lanjutnya. 

Dampak ketiga, perusahaan yang bergantung pada ekspor ke AS akan mengurangi produksi akibat permintaan yang turun, sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya badai PHK atau bahkan penutupan pabrik. 

Aru bilang, industri manufaktur seperti garmen, alas kaki, atau furniture yang banyak mengekspor ke AS akan paling merasakan dampaknya.

Tonton: Penertiban Lahan Sawit di Kawasan Hutan Berpotensi Turunkan Produksi CPO

Jika permintaan domestik tidak cukup kuat karena daya beli masyarakat terbatas, maka kelebihan stok akan menumpuk di gudang sehingga meningkatkan biaya penyimpanan dan menimbulkan kerugian bisnis. 

Dampak keempat, terjadinya peningkatan konsolidasi usaha global melalui praktik merger dan akusisi. 

"Tingginya, biaya ekspor dapat diantisipasi oleh negara lain dengan memperlakukan praktik akusisi perusahaan domestik di negara tujuan ekspor," kata Aru. 

"Umumnya, transaksi difokuskan pada industri yang sudah terdampak di negara tujuan. Karena itu, pengawasan di bidang merger dan akusisi harus ditingkatkan untuk mencegah upaya penciptaan posisi dominan melalui praktik merger dan akusisi," ungkapnya. 

Sehingga ia menyarankan pemerintah untuk memperketat pengawasan secara bersama melalui Kementerian Hukum, Kementerian Perindustrian, Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ada Tarif AS, Ekspor Minyak Sawit Indonesia Bisa Kalah dari Malaysia"

Selanjutnya: Laba Bersih ADHI Turun 96,88% per Kuartal I 2025

Menarik Dibaca: Tak Bisa Hidup Tanpa Nonton Serial Jadi Tanda Kesepian, Cek Tanda Lainnya di Sini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×