Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Apabila ditotalkan, maka dana pemudik wilayah Jabodetabek yang dihabiskan di lokasi mudik adalah sebesar Rp 10,3 triliun. Di mana dana tersebut paling banyak mengalir di wilayah Jawa Tengah sebesar Rp 3,8 triliun, Jawa Barat sebesar Rp 2,05 triliun, Jawa Timur sebesar Rp 1,3 triliun, serta sisanya tersebar ke wilayah lain di Indonesia. Sebagai catatan, dana tersebut tidak termasuk biaya perjalanan dari asal ke tujuan.
Bhima memprediksi, apabila arus pemudik berkurang maka perputaran uang yang sebelumnya mencapai Rp 10,3 triliun, kemungkinan akan menurun drastis di tahun ini. "Belum ada estimasi pastinya, tapi reduksi 30% dari tahun lalu sangat mungkin terjadi," papar Bhima.
Baca Juga: Kasus virus corona impor China mencapai rekor, tidak ada transfer domestik
Lebih lanjut, Bhima mengatakan ada beberapa sektor yang akan terdampak dari penurunan jumlah pemudik di tahun ini. Sektor tersebut diantaranya adalah transportasi, makanan, minuman, perhotelan, ritel, UMKM, sampai start-up di bidang traveling, e-commerce, dan juga financial technology (fintech).
Kata Bima, fintech di dalam ranah metode pembayaran juga akan otomatis melambat seiring dengan terkoreksinya konsumsi. Tak hanya itu, bahkan Bhima mengatakan layanan peer-to-peer (P2P) lending juga akan terdampak dari adanya penurunan arus mudik.
Baca Juga: Jokowi: Saya akan menggerakkan seluruh kekuatan mengatasi virus corona
"P2P lending juga terdampak. Biasanya kan sebelum lebaran beli baju dan tiket mudik pakai utang," kata Bhima.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News