CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Gaji kompetitif dan iklim kondusif


Rabu, 14 November 2012 / 15:35 WIB
Gaji kompetitif dan iklim kondusif
ILUSTRASI. Wendy?s mengadakan paket promo Puas 1-3 mulai harga Rp 22.727 sampai Rp 27.272 berupa 2 makanan + 1 minuman


Reporter: Amal Ihsan Hadian, Sofyan Nur Hidayat | Editor: Imanuel Alexander

Ancaman investor untuk merelokasi pabrik dari Indonesia tentu tidak akan mudah untuk dilakukan. Maklum, jika alasannya upah buruh tinggi, upah buruh di negara lain seperti China bahkan jauh lebih tinggi dari Indonesia. Lalu kemana investor akan berpindah?

Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton Supit, negara yang dianggap seksi oleh investor adalah Myanmar, Kamboja, dan Bangladesh. “Gaji buruh di sana kompetitif dan situasi negaranya kondusif,” katanya.

Jika sudah berpindah ke negara itu, Anton pun menambahkan, investor yang bergerak di industri padat karya kemungkinan tidak akan kembali lagi ke Indonesia. Padahal, untuk mengundang investor baru tidak mudah. Dia menyebut, untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi 10.000 orang setidaknya membutuhkan investasi sebesar US$ 100 juta.

Meski Indonesia menarik, Anton menegaskan, investor asing paling takut dengan ketidakpastian hukum. Dalam demo ini pula, terkesan penegakan hukum di Indonesia lemah. Apalagi, jika dikaitkan dengan penetapan upah minimum dan demo buruh yang mengarah kepada tindakan kriminal.

Ketua Umum Apindo, Sofjan Wanandi menambahkan, selain masalah buruh, beberapa hal menyebabkan industri di Indonesia tak kompetitif antara lain kondisi infrastruktur yang buruk, biaya logistik tinggi, bunga bank tinggi, dan korupsi. Dengan kendala seperti itu, jika kondisi perburuhannya juga tidak kondusif, investor gampang saja cabut dari Indonesia. “Pindah ke negara lain toh sama saja karena bea masuk barang ke Indonesia sudah nol persen (ASEAN dan negara yang telah meneken perjanjian FTA, Red),” tandas Sofjan.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 07 - XVII, 2012 Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×