Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai buka tutup sekolah terjadi di sejumlah daerah dikarenakan adanya perubahan status zona yang semula hijau atau kuning menjadi orange atau merah.
Heru Purnomo, Sekretaris Jenderal FSGI memberi contoh, hanya dalam waktu satu Minggu di Lombok Barat dan Mataram yang sudah berstatus zona kuning kembali lagi orange, sedangkan Bima dari status zona orange menjadi merah.
Maka untuk daerah-daerah yang patuh pada surat keputusan bersama (SKB) 4 Menteri akan bertindak menutup kembali sekolah. Hingga akhirnya terjadi buka tutup sekolah dalam waktu yang singkat.
“Dari data yang dirilis Kemendikbud, di wilayah zona oranye terdapat Pembelajaran tatap muka mencapai 12% dan di zona merah mencapai 13%," ujar Heru dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id pada Selasa (17/11).
Baca Juga: IDI: Libur panjang telah terbukti meningkatkan kasus positif Covid-19
Selain itu, Heru menambahkan dari pantauan FSGI, banyak daerah melanggar SKB 4 Menteri. Namun karena belum ada ketentuan sanksi maka pelanggaran tersebut dibiarkan.
Kemudian banyak sekolah di zona hijau dan kuning tidak melalui pengecekan atau verifikasi kesiapan buka sekolah dari Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Gugus Tugas Covid-19 terkait infrastruktur dan Protokol/SOP adaptasi kebiasaan baru (AKB) di satuan pendidikan.
Fahriza Marta Tanjung, Wakil Sekjen FSGI menambahkan banyak daerah dan sekolah yang mengadakan pembelajaran tata muka (PTM) secara diam-diam.
"Siasat yang dilakukan siswa datang ke sekolah tidak menggunakan seragam sekolah. Padahal sekolah belum melakukan pengisian Daftar Periksa Kemdikbud dan belum menyediakan sarana untuk menjalankan Protokol Kesehatan serta tidak memiliki izin dari Satgas Covid daerah," ungkap Fahriza.
Kemudian FGSI menilai ada salah kaprah dalam penerapan persetujuan orang tua dalam syarat PTM. Di mana persetujuan orang tua yang menjadi syarat terakhir, sesuai SKB 4 Menteri, Fahriza menyebut justru menjadi syarat pertama yang dimintakan untuk melaksanakan PTM.
Terkait, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) FGSI juga menyebut di sejumlah daerah menunjukkan fakta adanya kejenuhan dalam menjalani PJJ, baik bagi pendidik maupun peserta didik.
Meskipun ada bantuan kuota internet dari Kemendikbud, namun jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran daring melalui aplikasi zoom ataupun google meet dari hari ke hari semakin menurun.
Baca Juga: Guru dan murid diharapkan lakukan swab test sebelum gelar KBM tatap muka
“Ada sekolah di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), sebelum ada bantuan kuota internet, jumlah siswa yang mengikuti PJJ daring melalui aplikasi Whatsapp bisa mencapai 60%, namun keikutsertaannya terus menurun prosentasenya, bahkan setelah dapat bantuan kuota internet, dari 36 siswa yang mengikuti whatsapp hanya sekitar 20% saja,” ujar Fahmi Hatib, Presidium FSGI.
Oleh karena itu, FSGI mendorong pembelajaran campuran dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2020/2021 dengan catatan sekolah siap, guru dan para siswa juga siap memasuki adaptasi kebiasaan baru (AKB) di satuan pendidikan dengan mematuhi protokol kesehatan/SOP AKB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News