kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Flyover Perlintasan Kereta Akan Digarap


Kamis, 10 Juli 2014 / 10:41 WIB
Flyover Perlintasan Kereta Akan Digarap
ILUSTRASI. Perbedaan Bekas Jerawat PIH dan PIE.


Reporter: Fahriyadi | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Jalur perlintasan kereta api seolah menjadi momok bagi warga Jakarta. Karena itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta akan segera merealisasikan pembangunan flyover atau jalan layang di sejumlah titik perlintasan kereta api.

Kepala Seksi Simpang Tak Sebidang Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, Heru Suwondo bilang, tahun ini akan dimulai pembangunan dua proyek flyover perlintasan kereta api, yakni di perlintasan kereta api jalan Madiun, Kuningan dan Permata Hijau.

"Tahun ini kami akan melakukan kontrak untuk dua proyek ini dan pembangunan fisik dilakukan akhir tahun ini atau awal tahun depan," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (2/7) pekan lalu.

Nilai kedua proyek ini adalah sebesar Rp 145 miliar untuk flyover di Kuningan dan Rp 155 miliar untuk flyover di Permata Hijau. Kedua proyek ini masing-masing menggunakan skema tahun jamak atau multiyears.

Heru bilang kedua proyek ini tengah dilakukan lelang paket pekerjaan di Unit Layanan Pengadaan Barang dan Jasa (ULP) dan bakal ditetapkan pemenangnya dalam waktu dekat.

Rencananya setelah memulai pembangunan dua flyover ini, Pemprov DKI pada tahun depan akan memulai pembangunan flyover di Bintaro, Tanjung Barat, Cipinang Lontar, dan Jalan Panjang Kebon Jeruk.

Sejatinya, rencana pembangunan perlintasan kereta api tak sebidang, baik flyover dan underpass sudah digagas sejak awal tahun 2013 lalu. Rencana ini kian dipandang penting saat peristiwa kecelakaan kereta Commuter Line di Bintaro yang menabrak truk minyak milik pertamina karena truk itu menyelonong ke dalam perlintasan kereta api, Desember 2013.

Rencana PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk menambah frekuensi perjalanan juga menjadi pertimbangan Pemprov DKI untuk membangun jalur perlintasan tak sebidang ini. Namun, rencana ini terpaksa mundur karena masalah anggaran.

Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna menilai pembangunan jalan perlintasan kereta api tak sebidang ini terlambat. Seharusnya mulai dibangun dua atau tiga tahun lalu.

"Seharusnya ini jadi proyek prioritas di Jakarta karena sudah sangat mendesak untuk Jakarta yang tak lagi punya persimpangan sebidang dengan lintas kereta api," kata Yayat.

Yayat bilang Pemprov DKI harus segera membangun flyover dan underpass ini karena konsekuensi atas rencana pembangunannya. Selain faktor biaya yang besar, proyek ini mengurangi kemacetan Jakarta yang kian parah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×