Reporter: Fahriyadi | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Anggota Komisi V DPR, Nusyirwan Soejono mengimbau semua pihak agar tidak meributkan underpass dan flyover dijalur perlintasan kereta api sebidang yang berpotensi menimbulkan kecelakaan.
"Ributnya jangan sekarang, karena seharusnya underpass dan flyover ini dibangun 5-10 tahun yang lalu," ujar Nusyirwan dalam diskusi di Warung Daun, Sabtu (14/11).
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini bilang, underpass dan flyover itu lebih baik dibangun sekarang ketimbang berwacana tapi nanti dilupakan lagi.
Ia pun memprediksi, jika underpass dan flyover diperlintasan ini dibangun, maka Jakarta akan mengalami kendala transportasi, dan masuk pada fase sulit gerak.
Apalagi, saat ini DKI Jakarta sedang membangun Mass Rapid Transit (MRT) dan monorel yang keduanya mengganggu kenyamanan berkendaran di jalur publik.
Hal ini akan semakin diperparah dengan pembangunan underpass dan flyover di perlintasan sebidang yang dianggap mendesak.
"Saya prediksi 2 tahun ke depan jalur jalan di jakarta akan "meriah", tapi warga Jakarta tak boleh marah, karena semua pembangunan itu memang harus dimulai, kalau tak dimulai sekarang kapan lagi," paparnya.
Direktur Keselamatan Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Hermanto Dwiatmoko menyatakan, pembangunan underpass dan flyover itu tidaklah mudah karena membutuhkan pembebasan lahan. Tapi, ia pun setuju agar Pemerintah Daerah (Pemda) perlu membangunnya.
Selain itu, Hermanto mengatakan, pemerintah akan mengimbau Dinas Perhubungan (Dishub) ditiap daerah yang perlintasan kereta apinya sudah ada underpass dan flyover untuk segera menutup perlintasan sebidangnya. "Kami akan tertibkan itu," ujarnya.
Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi menyebut Pemerintah Daerah (Pemda) wajib berkontribusi dalam perkeretaapian diwilayahnya.
Ia pun menyatakan bahwa Pemprov DKI Jakarta harus mengawali pembangunan underpass dan flyover ini agar tak ada kecelakaan dipintu perlintasan seperti yang terjadi di Bintaro pada awal pekan ini.
"Kita berharap kejadian Bintaro II itu adalah yang terakhir," ujarnya.
Seperti diketahui, Senin (9/12) lalu terjadi kecelakaan saat Kereta Rel Listrik (KRL) jurusan Serpong-Tanah Abang menabrak truk tangki pengangkut Bahan Bakar Minyak (BBM) milik Pertamina dikawasan Bintaro.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News