CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.879   -19,00   -0,12%
  • IDX 7.150   -64,92   -0,90%
  • KOMPAS100 1.093   -9,22   -0,84%
  • LQ45 873   -3,14   -0,36%
  • ISSI 215   -2,73   -1,25%
  • IDX30 447   -1,29   -0,29%
  • IDXHIDIV20 539   -0,26   -0,05%
  • IDX80 125   -1,07   -0,84%
  • IDXV30 135   -0,50   -0,37%
  • IDXQ30 149   -0,21   -0,14%

Film Soekarno dinilai menyesatkan sejarah


Sabtu, 21 Desember 2013 / 18:42 WIB
Film Soekarno dinilai menyesatkan sejarah
ILUSTRASI. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/05/08/2015


Sumber: TribunNews.com | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) DKI Jakarta menyoroti film 'Soekarno' garapan sutradara Hanung Bramantyo. Film tersebut dinilai menyesatkan sejarah Indonesia.

Ketua Pimpinan Cabang Persatuan Alumni GMNI Jakarta Timur, Hendriyana, mengatakan Soekarno atau akrab dikenal dengan nama Bung Karno merupakan pejuang kemerdekaan Indonesia. Menurutnya film tersebut justru menyesatkan sejarah Indonesia.

"Ini pelecehan dengan film yang berkedok perjalanan Bung Karno dalam menyongsong kemerdekaan Indonesia. Rakyat Indonesia dibodohi melalui penyesatan sejarah dengan cara modern," cetus Hendri, Sabtu (21/12).

Kata Hendri, perjuangan Bung Karno tidak dilakukan melalui cara KKN dengan Belanda. Ia pun memberi contoh adegan yang dimaksud, yakni saat Inggit memberikan uang kepada sipir penjara untuk bertemu Bung Karno.

"Seorang istri anti Belanda (ibu Inggit) memberikan uang kepada sipir hanya untuk bertemu Bung Karno saat di penjara. Serta rakyat mau bergerak membela bung Karno saat ibu Inggit memberikan sejumlah uang kepada rakyat. Masyarakat Indonesia mencintai Bung Karno dengan segenap jiwa raga, bukan karena uang," tegasnya.

Satu hal lagi yang tidak sesuai pada film tersebut, lanjut Hendri, produser film ini hanya menekankan bahwa Bung Karno seorang laki-laki yang lebih tertarik dengan wanita. Bukan sosok pahlawan yang siap membela tanah airnya.

"Di film ini juga menciptakan karakter Bung Karno sebagai seseorang yang tidak memiliki ketegasan dalam bersikap dan tidak mau memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Film ini adalah kebohongan sejarah. Film ini harus ditarik dari bioskop-bioskop yang ada di Indonesia," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×