Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Namun akibat Covid-19 semua berubah dimana mayoritas BUMN terkena dampak, dan dari sisi pertumbuhan terganggu. Ia menyebut, BUMN sektor digital, kesehatan, perkebunan masih bertahan.
“BUMN seperti pengusaha juga. Hanya 10 persen masih bertahan, sisanya berat. Karena itu saya juga tidak malu sampaikan ke DPR bahwa untuk deviden mungkin hanya seperempat. Namun program efisiensi, pengawasan manajemen BUMN terus dilakukan. BUMN juga dirampingkan agar efisien, dari 142 BUMN sekarang tinggal 107, jumlah komisaris juga dikurangi, supaya perusahaan sehat. BUMN kadang perlu melakukan back to basic, fokus di bisnis, expertise, agar bisa leading tanpa melupakan dua hal percepatan digital dan perbaikan sumber daya manusia,” jelas Erick.
Disinggung soal kritik, Erick menyebut hal itu bagian lumrah dari proses demokrasi dan ia mampu memilah mana kritik yang benar dan memiliki kepentingan.
Ia memastikan, sebagai menteri keberpihakan pada masyarakat luas dan loyal pada Presiden untuk menjalankan kebijakan sesuai blue print dan visi presiden dan dilakukan dengan terukur, karena BUMN harus berkontribusi, salah satunya dalam bentuk dividen.
Erick menegaskan, hitungan pakar ekonomi, ekonomi akan kembali normal di 2022 namun pemerintah melakukan berbagai langkah percepatan agar bisa pulih lebih cepat dibanding negara lain. Apalagi Indonesia punya dua hal yaitu jumlah penduduk, sumber daya alam, tinggal menjag logistik agar lebih kompetitif dan fokus menerapkan digitalisasi.
Baca Juga: Erick Thohir jadi Ketua Pelaksana Tim Pemulihan Ekonomi, ini yang akan dilakukan
Erick menegaskan, sebagaimana arahan Presiden untuk memangkas birokrasi, ia juga membuat agar sistem di dalam lebih efisien dan transparan seperti menerapkan aturan bahwa perekrutan dari luar menjadi lebih besar supaya ada sinergi antara birokrasi dan korporasi sehingga kinerja keuangan semakin baik.
Harapannya, dua tahun ke depan BUMN tidak lagi bergantung pada APBN. Karena itu, ia minta birokrasi BUMN bertindak ekstra ordinary, melakukan langkah prograsif supaya ada dampak nyata ke negara, dan juga masyarakat.
“Kembali berkreasi bekerja hidup normal dengan new normal, melalui protokol Covid-19, jangan gara-gara ketakutan, lalu stop berkarya. Justru saat ini perlu inovasi baru, dunia sedang berubah. Indonesia punya market besar, negara lain market kecil tetap hidup. Apalagi keberpihakan pemerintah pada produk dalam negeri itu sudah jadi kebijakan, keberpihakan kepada lokal konten, agar berdikari,” ujar Erick.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News