Reporter: Petrus Dabu | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Elevasi permukaan air Waduk Jatiluhur mengalami penurunan delapan meter (m). Akibatnya, pasokan air ke daerah irigasi dikurangi sebesar 35.000 meter kubik per detik.
Direktur Utama Perusahaan Umum Jasa Tirta II, pengelolah Jatiluhur, Eddy A Djajadiredja mengungkapkan idealnya bulan April ini ketinggian permukaan air waduk yang terletak di Kabupaten Purwakarta Jawa Barat ini mencapai 101 m di atas permukaan laut (dpl). “Sekarang ketinggiannya hanya 93,88 m dpl,”ujarnya Jumat (8/4).
Menurutnya penurunan itu disebabkan karena kekeringan alias minimnya curah hujan di daerah tersebut selama beberapa bulan terakir ini. “Penyebabnya karena perubahan iklim,”ujarnya.
Akibatnya, pengelola terpaksa mengurangi pasokan air ke daerah irigasi. Dari pasokan normal sebanyak 145.000 meter kubik per detik, saat ini menjadi hanya 110.000 meter kubik per detik.
Eddy menuturkan waduk seluas 8.300 hektare (ha) ini melayani kebutuhan air secara langsung untuk 240.000 ha sawah di Purwakarta, Karawang, Bekasi, dan Indramayu. Selain itu, waduk ini juga memasok kebutuhan air secara tidak langsung untuk daerah irigasi di selatan Jatiluhur yang luasnya mencapai 56 ribu ha.
Beruntung di daerah selatan Jatiluhur ini pasokan air juga berasal dari sungai-sungai kecil di daerah selatan tersebut sehingga pengurangan pasokan itu tidak mengganggu pengairan ke persawahan di service area.“Sehingga petani belum resah dengan adanya penurunan pasokan air ini,”ujarnya.
Waduk Jatiluhur juga melayani kebutuhan air baku untuk Jakarta. “Totalnya sebanyak 16.000 meter kubuk per detik,”ujarnya. Dia memastikan, pasokan air baku ke Jakarta belum dikurangi. Demikian juga pasokan air baku ke daerah industri yang ada di sekitar waduk dan untuk kebutuhan air masyarakat sekitar belum akan dikurangi.
Eddy mengatakan, meski penurunan elevasi permukaan air Waduk Jatigede ini belum terlalu berdampak signifikan pada produksi padi di service area, tetapi harus tetap diwaspadai. “Dampaknya pada produksi padi pasti ada tapi saya kira tidak terlalu signifikan,”ujarnya.
Dirjen Sarana dan Prasarana Pertanian Kementerian Pertanian Gatot Irianto mengatakan, pihak Kementerian Pertanian,Kementerian PU,Dinas Pertanian di Kabupaten Bakasi,Subang,Indramayu,Karawang, Purwakarta dan dengan pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika sudah berkoordinasi untuk menangani masalah ini.
Beberapa langkah yang dilakukan untuk mengatur pola pengeluaran air melalui sistem buka tutup waduk. Ini dilakukan untuk mengontrol pengeluaran air dari waduk. “Kita juga sudah menyiapkan benih tahan kering untuk musim panen berikutnya,”ujarnya.
Waduk Jatiluhur berkontribusi penting dalam produksi padi Nasional. Maklum, daerah irigasi yang dilayani adalah sentra-sentra produksi padi nasional yaitu Karawang,Bekasi,Subang,Indramayu,dan lainnya. “Pantura berkontribusi 6 % - 8% produksi padi nasional,”ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News