Reporter: Ferry Hidayat | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Partai Gerindra tak ambil pusing atas hasil survei yang dilakukan oleh Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) yang menyebut Prabowo Subianto sebagai capres yang mendapatkan suara penolakan terbesar.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Gerindra, Suhardi mengatakan bahwa tidak semua lembaga survei mengedepankan obyektifitas dalam penelitiannya.
Suhardi mensinyalir, dalam metode survei tidak menutup kemungkinan terjadi bias validitas, sebab, menurutnya bisa saja lembaga survei mengarahkan pertanyaan tendensius kepada responden.
"Lembaga survei bisa mengarahkan pertanyaan kepada responden, misalnya siapa pelaku perusak lingkungan. Bisa juga ada pertanyaan yang berisi sesuatu yang tidak ada bukti sama sekali seperti menonjolkan masalah Hak Asasi Manusia (HAM)," katanya saat di konfirmasi di Jakarta, Kamis (2/1).
Meski hasil survei dapat digunakan sebagai acuan bagi partainya, namun Suhardi mengakui, kerja partai dalam memenangkan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden adalah prioritas utamanya.
Sebelumnya, survei Laboratorium Psikologi Politik UI menyebut Prabowo Subianto sebagai tokoh yang paling ditolak oleh responden dengan presentase suara sebesar 20 persen.
Selain itu, hasil survei itu juga merilis nama-nama lain yang mendapatkan predikat serupa. Tokoh berikutnya yang juga ditolak yakni, Rhoma Irama (18 persen), Aburizal Bakrie (18 persen), Megawati Soekarnoputri (7 persen), Pramono Edhie Wibowo (3 persen), dan Wiranto (3 persen). Sementara sebanyak 31 persen menjawab tokoh-tokoh lain yang masing-masing berpresentase kecil. Untuk diketahui survei ini melibatkan penilaian dari 61 pakar dan dilakukan pada 16-17 Desember 2013.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News