Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia Eximbank Institute memproyeksikan kinerja ekspor plywood (HS Code 4412) akan tetap tumbuh pada 2025–2026 meski menghadapi tantangan dari pasar global.
Nilai ekspor plywood pada 2025 diperkirakan meningkat 8% secara tahunan (year-on-year/yoy), ditopang permintaan stabil dari pasar utama seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Malaysia. Pada 2026, pertumbuhan diperkirakan melanjutkan tren positif sebesar 4% yoy, meskipun masih terkendala pasokan kayu bersertifikat.
Plywood atau triplek merupakan kayu olahan hasil tumpukan veneer yang direkatkan resin atau lem khusus sehingga menghasilkan papan tebal, kuat, dan fleksibel. Produk ini banyak digunakan untuk furnitur, konstruksi, maupun interior rumah.
Berdasarkan data Semester I-2025, ekspor plywood Indonesia tumbuh 3,86% secara nilai dan 3,45% secara volume dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
“Capaian ini terutama ditopang oleh permintaan dari Amerika Serikat, seiring pertumbuhan industri Recreational Vehicle (RV) yang mendorong penggunaan plywood untuk kebutuhan interior,” ujar Market Intelligence & Leads Management Chief Specialist Indonesia Eximbank, Rini Satriani dikutip Jumat (3/10/2025).
Baca Juga: Permendag 31/2025 Terbit untuk Atur Impor Ubi Kayu, Ini Isinya
Menurut Rini, daya saing ekspor plywood Indonesia relatif terjaga karena harga produk domestik masih kompetitif di pasar global. Indonesia saat ini menempati posisi eksportir plywood terbesar kedua di dunia, bersaing ketat dengan Tiongkok, Vietnam, Brasil, dan Rusia.
Selain itu, ekspor plywood Indonesia telah terdiversifikasi ke lebih dari 85 negara dengan melibatkan sekitar 400 eksportir aktif. Dari jumlah tersebut, sekitar 20 eksportir skala korporasi masing-masing mencatat penjualan ekspor di atas Rp 500 miliar per tahun. Struktur industri domestik juga sehat karena tidak ada pemain yang dominan.
Keunggulan lain Indonesia adalah ketersediaan kayu yang melimpah serta keberadaan sertifikasi SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu) yang diakui secara internasional.
Baca Juga: Pengamat Kehutanan: Narasi Negatif LSM Asing Beresiko Ganggu Ekspor Kayu ke AS
“Faktor-faktor ini memberi stabilitas pada ekspor Indonesia meskipun permintaan di beberapa negara cenderung melemah,” tambah Rini.
Namun, sejumlah tantangan perlu diantisipasi. Negara pesaing baru seperti Tanzania dan Kamerun mulai masuk ke pasar utama, sementara pasokan kayu bersertifikat masih terbatas karena biaya kepatuhan SVLK yang tinggi. Persaingan juga kian ketat dengan tren ekspor yang lebih agresif dari negara kompetitor.
Rini menegaskan, dalam jangka panjang keberhasilan ekspor plywood Indonesia akan sangat bergantung pada kemudahan akses sertifikasi kayu, efisiensi biaya produksi, serta peningkatan penetrasi pasar lewat perjanjian perdagangan internasional.
Baca Juga: Ekspor Furnitur Kayu ke AS Masih Tertekan Meski Tarif Diturunkan Jadi 19%
Selanjutnya: Pemerintah Bersiap Genjot Belanja di Akhir Tahun 2025
Menarik Dibaca: Peluang Sukses Besar! Ini Ramalan Zodiak Karier & Keuangan Besok 4 Oktober 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News