Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang pada bulan Mei kembali surplus meskipun tipis yaitu sebesar US$ 69,9 juta. Ekspor non migas yang kembali positif menjadi penutup defisit migas yang membengkak menjelang Lebaran.
Berdasarkan data BPS, ekspor pada bulan Mei mencapai US$ 14,83 miliar atau naik 3,73% dibanding bulan April sebelumnya. Ekspor non migas dibanding April mencatat kenaikan 6,95% menjadi US$ 12,45 miliar.
Peningkatan terbesar ekspor non migas terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati. Apabila pada bulan April lalu ekspornya hanya US$ 1,12 miliar, maka pada bulan Mei naik 72,97% menjadi US$ 1,94 miliar.
Alhasil, neraca non migas berhasil kembali mencatatkan surplus US$ 1,4 miliar. Kepala BPS Suryamin mengatakan membaiknya ekspor non migas adalah karena ekspor crude palm oil (CPO) atawa minyak kelapa sawit yang meningkat. Dirinya bilang volume ekspor CPO masih tinggi meskipun harga CPO pada bulan Mei turun 2% dibanding April.
"Permintaan dari luar cukup tinggi untuk komoditi kelapa sawit," ujar Suryamin, Selasa (1/7). Asal tahu saja, neraca non migas pada bulan April defisit US$ 901,5 juta. Ekspor non migas turun 45,02% dibanding bulan Maret sebelumnya. Anjloknya ekspor non migas sebagai akibat rendahnya ekspor CPO.
Ekspor non migas yang surplus inilah yang kemudian bisa menutupi defisit pada neraca migas. Neraca migas pada bulan Mei mencatat defisit sebesar US$ 1,33 miliar.
Defisit ini melebar dibanding bulan sebelumnya yang sebesar US$ 1,06 miliar. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menjelaskan defisit migas yang melebar sebagai akibat impor minyak mentah yang naik.
Bila pada bulan April impor minyak mentah mencapai US$ 1,07 miliar, maka pada bulan Mei naik menjadi US$ 1,3 miliar. Impor yang meningkat tersebut sebagai antisipasi kebutuhan menjelang Lebaran dan liburan ajaran baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News