Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Meski terjadi penurunan di sisi ekspor dan impor, neraca perdagangan Juli masih surplus. Hanya saja, surplus neraca perdagangan pada Juli lebih rendah dari bulan sebelumnya menjadi US$ 598,3 juta.
Sedangkan pada bulan Juni lalu, neraca perdagangan tercatat surplus sebesar US$ 879 juta. Dengan catatan itu, sejak Januari-Juli 2016 neraca perdagangan telah surplus sebesar US$ 4,17 miliar.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca dagang Juli dipicu oleh sektor non-migas yang mengalami surplus sebesar US$ 1,07 miliar. Namun, di sektor migas terjadi defisit sebesar US$ 475,1 juta.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, untuk nilai ekspor sebesar US$ 9,51 miliar, turun 26,67% dari bulan Juni. Sedangkan untuk angka impor sebesar US$ 8,92 miliar, turun 26,28% dari Juni.
Fenomena itu dianggap wajar, karena terjadi secara musiman. Yaitu, siklus yang biasa terjadi setelah bulan Puasa dan Lebaran. "Aktifitas bisnis mengalami penurunan," kata Suryamin," Senin (15/8) di Jakarta.
Selain itu, kondisi ekonomi global juga masih belum begitu pulih. Sehingga permintaan akan komoditas ekspor masih terbatas. Di sisi lain, permintaan impor dari dalam negeri juga menurun terutama untuk impor non migas.
Dari data BPS diketahui, impor non-migas dari 13 negara utama mengalami penurunan 27,27% menjadi US$ 6 miliar dari Juni 2016. Kondisi itu disebabkan, turunnya nilai impor dari beberapa negara utama, seperti China, Jepang dan Australia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News