Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia sudah meneken kerja sama ekonomi komprehensif regional atau Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) pada 15 November 2020 lalu bersama dengan negara-negara ASEAN dan 5 negara mitra FTA, yaitu Australia, China, Jepang, Selandia Baru, dan Korea Selatan.
Namun, buah dari kesepakatan tersebut masih belum bisa dikecap oleh Indonesia. Pasalnya, nilai ekspor Indonesia ke negara-negara anggota RCEP di tahun 2020 kemarin malah menurun daripada nilai di tahun 2019.
Menurut data yang diterima Kontan.co.id dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia ke negara-negara anggota RCEP pada tahun 2020 tercatat sebesar US$ 91,43 miliar. Jumlah ini malah terindikasi turun 4,20% dari total ekspor ke negara RCEP pada tahun 2019 yang sebesar US$ 95,44 miliar.
Kepala ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, penurunan ekspor ke negara-negara anggota RCEP pada tahun 2020 ini disebabkan oleh negara-negara yang masih terbelenggu pandemi Covid-19.
Selain itu, David juga mengatakan kalau perjanjian ini baru diteken oleh Indonesia pada akhir tahun 2020. Sehingga, kalau dibandingkan dengan tahun 2019 yang masih belum ada pandemi, maka sangat maklum kalau ekspor Indonesia ke negara RCEP menurun.
“Di tahun 2020 ini kan hampir seluruh negara di dunia produksi dan konsumsinya turun. Termasuk impor mereka,” jelas David kepada Kontan.co.id, Minggu (17/1).
Baca Juga: Nilai ekspor ke negara RCEP memegang pangsa 55% dari total ekspor di tahun 2020
Kemudian, David pun optimistis kalau kerja sama ini akan mulai membuahkan hasil di tahun 2021. Prediksinya, ekspor Indonesia di tahun ini bisa melambung hingga 10%.
Akan tetapi, ini dengan asumsi kalau angka penyebaran Covid-19 sudah bisa ditekan dan Indonesia perlu mengoptimalkan penjajakan lebih lanjut dengan negara-negara anggota RCEP sehingga bisa menangkap kesempatan yang lebih besar.
David menyarankan, Indonesia perlu untuk diversifikasi barang ekspor, sehingga tidak bergantung pada ekspor komoditas saja. Menurutnya, Indonesia bisa untuk mengoptimalkan ekspor barang industri manufaktur.
Selain itu, David juga mengimbau agar Indonesia tak hanya fokus pada sisi perdagangan saja. Indonesia bisa lebih memanfaatkan dari sisi penanaman modal atau investasi, terutama perusahaan yang berorientasi ekspor.
“Semua negara sudah mulai memasuki tahap pemulihan dan peningkatan permintaan pun ada. Saya yakin prospek ekspor Indonesia bisa lebih bagus di tahun ini, tetapi jangan hanya bergantung pada ekspor komoditas saja, harus yang lain juga,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News