Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pelambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2015 ternyata berdampak signifikan pada posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia. Data Bank Indonesia (BI) memperlihatkan, posisi ULN di akhir triwulan I menunjukan pelambatan karena hanya tumbuh sebesar 7,6% menjadi sebesar US$ 298,1 miliar. Padahal di kuartal IV-2014 lalu, ULN naik 10,20% (yoy).
Komposisi ULN Indonesia masih didominasi oleh sektor swasta yang mencapai US$ 165,3 miliar setara dengan 55,5% dari total ULN Indonesia. Walaupun masih mendominasi, pelambatan pertumbuhan terjadi di sektor swasta. Di tiga bulan pertama 2015, pertumbuhan pinjaman luar negeri swasta tumbuh 12,7% dari kuartal sebelumnya sebesar 14,6%. Namun pelambatan paling kentara terjadi di ULN publik yang hanya naik 1,7% dari 5% pada kuartal IV 2014.
ULN sektor swasta di triwulan I-2015 kali ini terpusat pada sektor keuangan yang berkontribusi hingga 29,5%. Di posisi berikutnya ialah industri pengolahan, pertambangan dan listrik, gas dan air bersih. Meskipun masih mendominasi, ternyata pertumbuhan tahunan ULN untuk sektor keuangan dan industri pengolahan tercatat melambat dibandingkan pertumbuhan di kuartal sebelumnya.
BI pun memandang perkembangan ULN pada tiga bulan pertama 2015 kali ini sejalan dengan perekonomian domestik yang tengah melempem. BI akan terus memantau perkembangan ULN, khususnya ULN swasta. BI berjanji mengawasi ULN agar dapat berperan optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpa menimbulkan resiko yang dapat mengganggu stabilitas makro ekonomi.
Ekonom Bank Internasional Indonesia Juniman sepakat dengan BI, bahwa pelambatan ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi di kuartal 1 2015 yang hanya 4,7%. Akibatnya sektor swasta mengerem rencana ekspansi sehingga pertumbuhan utangnya minim.
Ke depan, perkembangan ULN lebih banyak terjadi pada sektor pemerintah. Mengingat, penerimaan pajak meleset dari target, sedangkan keperluan pemerintah untuk membiayai belanja modal dan infastruktur tergolong tinggi.
Apalagi kegiatan pemerintah di kuartal II bakal lebih banyak ketimbang di kuartal I kemarin. Mengingat proses tender biasanya sudah selesai di kuartal II. "Untuk menutupi kekurangan dari penerimaan pajak, pemerintah menambah utang secara bilateral dan multilateral," jelas Juniman.
Sektor swata pun diperkirakan masih akan mengerem rencana pelebaran sayap bisnisnya di kuartal II 2015. Selain itu, kebijakan BI yang mengharuskan swasta melakukan lindung nilai atawa hedging atas ULN serta melaporkannya, turut mempengaruhi pelambatan pertumbuhan ULN swasta di kuartal II.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News