Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, total nilai transaksi Local Currency Settlement (LCS) kuartal I-2022 telah mencapai ekuivalen US$ 868 juta.
Total nilai transaksi LCS ini berasal dari jalinan kerja sama Indonesia dengan negara mitra, yaitu Jepang, Malaysia, Thailand, dan China yang bahkan belum genap satu tahun.
Di satu sisi, BI membidik penggunaan transaksi LCS pada tahun ini bisa meningkat 10% dari total penggunaan LCS pada tahun 2021 yang mencapai US$ 2,53 miliar.
Nah, dengan melihat capaian pada tiga bulan pertama tahun ini tersebut, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky melihat ada peluang target bank sentral tersebut bisa tercapai.
Baca Juga: Ekonom BCA Imbau BI Tambah Negara untuk Kerja Sama LCS
“Ini masuk target optimistis. Namun, perkiraan kami, transaksi LCS yang tercatat pada tahun ini akan berada di kisaran ekuivalen US$ 2,3 miliar hingga US$ 2,7 miliar,” tutur Riefky kepada Kontan.co.id, Senin (30/5).
Riefky pun mengimbau, BI melebarkan sayapnya untuk menggaet negara-negara lain menjadi mitra LCS. Ia mengimbau, BI untuk menjajaki kerja sama ini dengan beberapa negara seperti Australia dan Afrika.
Untuk negara Australia, Riefky melihat faktor geografis yang dekat dan hubungan perdagangan yang baik. Sehingga, dengan adanya perjanjian perdagangan pasti ini akan membuahkan hasil yang manis.
Pun dengan negara Afrika, banyak juga perjanjian dagang dan aktivitas investasi dengan negara-negara di Afrika. Bila nantinya ada transaksi LCS, maka ini bisa mendorong gairah perdagangan dan investasi antara Indonesia dengan negara-negara tersebut.
Tentu saja efek lanjutannya, ini akan membawa dampak yang positif pada kedua negara. Dalam hal ini, juga terkait dengan pergerakan nilai tukar masing-masing negara. Indonesia dan negara mitra menjadi tidak bergantung pada satu mata uang, sehingga akan menurunkan risiko volatilitas mata uang.
Baca Juga: BI: Total Transaksi LCS di Capai Ekuivalen US$ 868 Juta di Kuartal I-2022
“Ini akan menurunkan risiko, eksposur global sangat memengaruhi dolar AS. Kita diuntungkan dengan LCS karena kita bisa tidak terpapar terlalu besar risiko dari global tersebut dan pergerakan nilai tukar rupiah menjadi lebih stabil,” tutur Riefky.
Lebih lanjut, Riefky pun memperkirakan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek akan bergerak di kisaran Rp 14.650 hingga Rp 14.700 per dolar AS. Sedangkan ke depannya, ia lebih optimistis ada potensi penguatan nilai tukar rupiah, sehingga di akhir 2022, nilai tukar rupiah bergerak pada Rp 14.500 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News