Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Central Asia (BCA) mengapresiasi langkah Bank Indonesia (BI) untuk mengembangkan transaksi dengan mata uang lokal dalam perdagangan dan investasi atau local currency settlement (LCS).
Kepala ekonom BCA David Sumual mengatakan, fasilitas ini akan mengurangi risiko terhadap volatilitas nilai tukar rupiah. Pasalnya, ini akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap satu mata uang, yang biasanya adalah dolar Amerika Serikat (AS).
“Jadi ini adalah pilihan yang baik agar kita tidak menggantungkan diri di satu mata uang tertentu dan beban operasi moneter juga menjadi lebih ringan,” tutur David kepada Kontan.co.id, Senin (30/5).
Sejauh ini, Indonesia sudah menjalin kerja sama LCS dengan empat negara, yaitu Jepang, Malaysia, Thailand, dan China.
David pun mengimbau agar BI menambah negara untuk dirangkul dalam kerja sama ini, terutama negara dengan transaksi perdagangan dan investasi yang besar dengan Indonesia.
Baca Juga: BI: Total Transaksi LCS di Capai Ekuivalen US$ 868 Juta di Kuartal I-2022
“Seperti contohnya India, Filipina, Korea Selatan, Singapura, dan negara-negara di Timur Tengah. Dengan negara Timur Tengah itu potensial karena kita banyak ekspor otomotif ke sana. Kemudian juga berkaitan dengan perdagangan minyak. Baiknya dijajaki,” tutur David.
Lebih lanjut, selain memperluas jumlah negara mitra LCS, David juga menyarankan untuk penjajakan perluasan model transaksi ke pembelian Surat Berharga Negara (SBN). Sehingga, ada perjanjian pembelian surat utang negara secara bilateral.
Tujuannya, juga untuk melakukan diversifikasi pasar sehingga kalau ada gejolak besar di global, volatilitas bisa ditekan.
David pun memperkirakan, nilai tukar rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 14.500 per dolar AS hingga Rp 14.800 per dolar AS dalam jangka menengah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News