Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meskipun Bank Indonesia (BI) sudah mengeluarkan berbagai macam kebijakan seperti intervensi pasar hingga menaikkan suku bunga, rupiah tetap saja melemah. Per Jumat (28/9) hari ini nilai tukar rupiah terhadap dolar ada di level Rp 14.929.
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro melihat kondisi ini bukan semata-mata karena kebijakan BI yang tidak efektif, melainkan efek Trump. Melalui akun twitternya, Trump kerap menyerang China. Ini membuat pasar tidak tenang.
"Ada dua problem, perang dagang yang diperluas dan The Fed menaikkan suku bunga acuan," jelas Ari Kuncoro kepada Kontan.co.id, Jumat (28/9).
Terkait perang tarif impor antara Amerika Serikat (AS) dengan China, Senin (24/9) lalu AS memberlakukan tarif impor terhadap produk-produk asal China senilai US$ 200 miliar. Dengan nilai tersebut, semua barang yang berasal dari China sudah diberlakukan tarif impor.
The Fed juga menaikkan suku bunga acuan. Saat ini suku bunga sebesar 2%-2,5%. Kenaikan suku bunga ini menjadi senjata ampuh bagi AS sebab banyak mengundang para investor. Hal ini menarik arus modal dari negara berkembang kembali ke AS.
Dua kondisi ini membuat permintaan akan dollar menjadi sangat tinggi. Apalagi dollar AS kembali lagi ke negaranya. Ini membuat rupiah semakin melemah. Tak hanya rupiah, mata uang negara lainnya pun ikut terkena dampak terutama negara berkembang.
Ari Kuncoro menjelaskan, untuk memperkuat rupiah, pemerintah perlu menunggu sentimen positif. Menurut dia setelah semua produk China dikenakan tarif impor dan The Fed menaikkan suku bunga, para investor akan mengalami kejenuhan.
"Trump akan kehabisan amunisi. Semua barang impor China sudah dikenakan tarif, mau apa lagi?" jelasnya.
Merespon kondisi ini, Ari menyarankan BI untuk melakukan kombinasi antara cadangan devisa dengan tingkat suku bunga bank. Hal tersebut dapat mengubah ekspektasi investor untuk tetap berinvestasi di Indonesia.
Selain itu BI bisa menjual Repurchase Agreement (Repo) kepada eksportir dengan iming-iming bunga deposito yang semakin besar apabila jangka waktunya semakin lama.
"Memang ada biayanya, tapi setidaknya bisa menahan dolar dan menstabilkan rupiah," pungkas Ari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News