Reporter: Indra Khairuman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah harus mengubah strategi untuk mengatasi kemiskinan dengan mengurangi ketergantungan pada bantuan sosial dan subsidi, serta lebih menekankan pada peningkatan investasi dan efisiensi ekonomi guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang diinginkan dan menurunkan tingkat kemiskinan yang berkelanjutan.
Wijayanto Samirin, Ekonom Universitas Paramadina menegaskan bahwa metode pengentasan kemiskinan yang selama ini bergantung pada bantuan sosial dan subsidi itu tidak lagi efektif.
“Strategi melalui bansos dan subsidi yang selama ini menjadi ujung tombak tidak boleh lagi menjadi andalan,” ujar Wijayanto kepada Kontan.co.id, Minggu (15/6).
Baca Juga: Bank Dunia: Pendapatan Masyarakat Miskin Indonesia Rp 1,51 Juta Per Orang Per Bulan
Wijayanto menekankan bahwa strategi tersebut bukan hanya memberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), tapi juga membuat ketergantungan yang tidak berkelanjutan.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5%, diperlukan investasi yang cukup besar.
“Pertumbuhan ekonomi 5% dapat dicapai dengan investasi sebesar sekitar Rp 5.000 triliun – Rp 6.500 triliun per tahun,” jelas Wijayanto.
Wijayanto juga menekankan pentingnya perbaikan pada iklim investasi dan usaha untuk mendorong pencapaian target-target tersebut.
Baca Juga: Revisi Standar Garis Kemiskinan Nasional Tunggu Restu Prabowo
Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang stabil, akan muncul lebih banyak peluang untuk berusaha dan bekerja.
“Jika ekonomi tumbuh 5%, diimbangi dengan penguatan sektor formal, maka akan terbuka juga semakin banyak kesempatan berusaha dan bekerja,” kata Wijayanto.
Dengan itu diharapkan bisa memberikan dampak positif dalam mengurangi angka kemiskinan di Indonesia.
Selanjutnya: BNI Dorong UMKM Tembus Pasar Global Lewat SFH 2025 di Korea Selatan
Menarik Dibaca: iPhone 13 Pro Max Harga Juni 2025 Turun! Cek Fitur Lengkapnya & Kelebihannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News