kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Ekonom: Serapan rendah, sun valas domestik batal


Kamis, 07 Agustus 2014 / 20:14 WIB
Ekonom: Serapan rendah, sun valas domestik batal
ILUSTRASI. Perusahaan produsen iPhone dan iPad, Apple, tak jadi bangun pabrik perakitan di Indonesia. Apa penyebabnya?


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Pemerintah batal menerbitkan surat utang negara (SUN) valuta asing (valas) domestik. Alasannya, posisi utang pemerintah saat ini sudah cukup.

Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa melihat penyebab pemerintah urung mengeluarkan SUN valas domestik lebih dikarenakan realisasi penyerapan anggaran belanja pemerintah tidak besar. "Daripada diterbitkan tapi tidak bisa terserap, memang lebih baik tidak diterbitkan," ujarnya ketika dihubungi KONTAN di Jakarta, Kamis (7/8).

Menurut Purbaya, dalam periode transisi ini penyerapan belanja pemerintah tidak akan optimal. Perkiraannya, hingga akhir tahun akan ada sekitar 10%-12% belanja pemerintah yang tidak terserap.

Asal tahu saja, dari awal tahun hingga Juni penyerapan belanja negara baru mencapai 41,2% dari pagu atau sebesar Rp 759,9 triliun. Belanja modalnya saja hanya 15,4% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 yang sebesar Rp 184,2 triliun.

Lebih lanjut Purbaya menjelaskan kalau valas domestik adalah instrumen yang bagus untuk mencari utang. Investor dalam negeri pun di sisi lain bisa mempunyai pasokan dolar yang aman. Namun memang lebih baik apabila utang yang dikeluarkan tidak bisa terserap, maka valas domestik tidak diperlukan. Apalagi dalam hal ini serapan utang pemerintah sudah tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×