Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada peluang The Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan di bulan Juni 2023. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan, ini seiring dengan kondisi yang terjadi di negara Amerika Serikat (AS) tersebut.
"Inflasi masih tinggi, kemudian krisis perbankan sudah mulai mereda. Jadi, banyak yang melihat ruang peningkatan lagi," terang David kepada Kontan.co.id, Jumat (2/6).
David mengungkapkan, data Fed Fund Futures menunjukkan kemungkinan adanya peningkatan suku bunga acuan Paman Sam pada Juni 2023, menyentuh hingga 60%.
Bahkan, sebanyak 40% suara menyerukan ada kemungkinan peningkatan suku bunga acuan AS pada Juli 2023.
Baca Juga: BI Optimistis Rupiah Lebih Perkasa pada Tahun Depan
Tentu, David melihat ini akan membawa dampak kepada nilai tukar negara berkembang, termasuk Indonesia. Dengan demikian, perlu adanya kuda-kuda kuat dari otoritas untuk menjaga pergerakan nilai tukar rupiah pada tahun ini maupun tahun depan.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo pada awal pekan ini mengungkapkan bahwa ia melihat kecilnya kemungkinan kenaikan suku bunga acuan The Fed pada Juni 2023.
"Untuk Juni 2023 kami perkirakan probabilitas suku bunga acuan The Fed untuk naik tidak terlalu besar," terang Perry di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
Namun, bukan berarti ia menutup kemungkinan risiko terhadap Rupiah. Tantangannya masih ada, sehingga dirinya akan terus mengeluarkan jurus untuk menjaga rupiah.
Upaya yang dilakukan adalah dengan triple intervention, yaitu intervensi di pasar spot, DNDF, maupun pasar surat berharga negara (SBN) sekunder.
Kemudian, BI juga akan melakukan operasi twist, yaitu dengan menjual SBN tenor jangka pendek untuk menaikkan imbal hasilnya.
Baca Juga: Cadangan Devisa RI Diramal Sentuh US$ 150 Miliar pada Tahun Depan
Dengan imbal hasil SBN jangka pendek yang naik, diharapkan menjadi pancingan bagi investor untuk masuk ke pasar dalam mendukung nilai tukar rupiah.
"Ketidakpastian ini menjadi perhatian kami untuk terus meningkatkan dan memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah," tandas Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News