Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,5%. Hal ini selain untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dalam batas yang aman, juga untuk merespons terjadinya krisis di Turki.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah mengatakan, sampai di level 5,5% tersebut, suku bunga acuan masih oke. Sebab, belum terlalu tinggi.
“Suku bunga acuan masih di 5,5%. Belum terlalu tinggi. Perbankan masih bisa menyesuaikan suku bunganya tanpa menggangu penyaluran kredit,” kata Pieter kepada Kontan.co.id, Rabu (15/8).
Ia mengatakan, suku bunga acuan di level ini juga tidak berpotensi mengakibatkan kredit bermasalah. “Yang saya khawatirkan lebih ke respons BI,” ujarnya. Sebab, BI terlihat merespons semua tekanan dengan kenaikan suku bunga.
Menurut Pieter, bila setiap tekanan terhadap rupiah selalu dijawab dengan menaikkan suku bunga acuan, maka suku bunga akan terlalu tinggi dan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Kami sejak awal memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya 5,1% sampai 5,2%. Kenaikan suku bunga yang terus-menerus bisa semakin menekan pertumbuhan ekonomi ke batas bawah. BI tentu menyadari hal ini,” ujarnya.
Oleh karena itu, Pieter mengatakan, untuk tetap nyaman bagi pertumbuhan kredit, BI perlu mem-balance kebijakan ini dgn kebijakan makroprudential yang lebih longgar tetapi tetap diiringi pengawasan yang ketat. Jangan sampai pelonggaran likuiditas justru memicu spekulasi valas.
BI sendiri memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2018 sebesar 5% hingga 5,4%. Range yang diperkirakan oleh BI ini lebih kecil dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 5,15% hingga 5,5%.
“BI perkirakan pertumbuhan ekonomi tetap di kisaran 5% hingga 5,4% di 2018 dan akan meningkat jadi 5,1% hingga 5,5% di tahun 2019. Sejalan dengan peningkatan ekonomi domestik,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Ia melanjutkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih kecil ini sesungguhnya menandakan bahwa BI melihat pertumbuhan ekonomi cenderung mengarah pada batas bawah 5,1% sampai 5,5%
“Kisaran saja. Kita masih perkiraan di sekitar 5,2%-an overall. Masih konsisten dengan komunikasi sebelumnya,” ujarnya.
“Hanya saja, ini kami kisarannya mengarah pada center (5,2%),” lanjutnya.
Sementara itu, ekonom Maybank Myrdal Gunarto mengatakan, semua rencana pemerintah bagus untuk stabilitas rupiah di masa depan.
Namun, konsekuensi langsung dari rencana pemerintah tersebut adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi karena ketergantungan Indonesia yang tinggi terhadap barang-barang impor.
“Kami memperkirakan ekonomi tumbuh sebesar 5,21% pada 2018,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News