Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
Namun, dari weakness, menurutnya, tingkat vaksinasi masih jadi tantangan mengingat sejauh ini masih terpusat pada Jawa-Bali saja. Di luar Jawa-Bali, tingkat vaksinasi masih relatif rendah; ketersediaan vaksin dan distribusi menjadi tantangan utama. Selain itu pelemahan aktivitas ekonomi yang disebabkan oleh pandemi menyebabkan rasio perpajakan yang semakin menurun.
“Kondisi ini menjadi tantangan di tengah kebutuhan pembiayaan yang tetap tinggi untuk pemulihan ekonomi dan mitigasi pandemi,” imbuh Katarina.
Sementara dari sisi opportunity, Katarina menyebut, sektor new economy berpotensi menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi Indonesia. Tingginya potensi ekonomi digital Indonesia mendorong berbagai perusahaan teknologi untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia.
Selain ekonomi digital, Indonesia juga memiliki potensi di sektor energi terbarukan. Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, bahan baku utama untuk baterai bagi kendaraan listrik (EV). Menurutnya, hal tersebut membuka peluang bagi Indonesia untuk memiliki peranan penting dalam rantai pasokan industri EV dunia ke depan.
Baca Juga: Mata uang euro dan poundsterling dinilai menarik di tengah isu tapering
Lalu dari sisi threat, reaksi pasar terhadap tapering The Fed akan jadi ancaman dalam jangka pendek. Walau begitu, Katarina meyakini, dengan pasar yang lebih siap menghadapi tapering, komunikasi The Fed yang lebih baik, dan kondisi makroekonomi domestik yang lebih baik dibanding 2013, risiko volatilitas pasar terkait tapering kali ini menjadi lebih rendah.
“Kami percaya pada daya tarik investasi di pasar Indonesia karena dukungan fundamental ekonomi yang baik, dan peluang di sektor-sektor ekonomi baru yang dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi ke depannya,” ungkapnya.
Dalam kondisi ini, Katarina melihat baik reksadana berbasis saham maupun reksadana berbasis obligasi sama-sama punya peluang yang menarik. Untuk yang berbasis saham, menurutnya, dalam siklus pemulihan ekonomi seperti saat ini akan diuntungkan dari potensi pemulihan ekonomi dan perbaikan kinerja emiten.
Sementara untuk kelas aset obligasi, ia menyebut instrumen tersebut menawarkan stabilitas yang didukung oleh era suku bunga rendah dan kebijakan fiskal pemerintah yang suportif bagi pasar obligasi.
“Pada akhirnya, keputusan investasi sebaiknya disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan finansial investor karena kedua faktor tersebut akan lebih berpengaruh pada kinerja jangka panjang portofolio,” tutup Katarina.
Selanjutnya: IHSG ditutup melemah 0,93% ke 6.076,3 pada hari ini, asing lepas ARTO, BBRI, MLPL
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News