Reporter: Rashif Usman | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom dari Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet memproyeksikan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh di kisaran 4,9% hingga 5,1% untuk tahun 2024.
Proyeksi ini lebih rendah dari target pemerintah dalam asumsi dasar ekonomi makro 2024 yang sebesar 5,2%.
"Pada November tahun lalu kami memproyeksikan angka pertumbuhan ekonomi di 2024 akan berada di kisaran 4,9% hingga 5,1% dan saya kira sampai saat ini kami masih melihat proyeksi akan berada di angka yang dimaksud," kata Yusuf kepada Kontan, Senin (6/5) petang.
Baca Juga: Indef: Pertumbuhan Ekonomi ke Depan Akan Dihadapkan Berbagai Tantangan
Yusuf mengatakan, dorongan pertumbuhan ekonomi dari investasi masih akan terbuka lebar hingga sisa akhir tahun ini. Apalagi pemerintah masih punya program pembangunan infrastruktur dan disaat bersamaan ingin mendorong pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Menurut saya ini akan ikut menjadi faktor dorongan dari sisi investasi," ucapnya.
Yusuf mengungkapkan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga atau swasta pada momen Ramadan dan Lebaran tahun ini relatif punya daya dorong yang lebih besar jika dibandingkan dengan momentum perayaan hari Natal dan tahun baru.
"Meski demikian tentu dalam upaya mendorong atau mencapai target pertumbuhan ekonomi di tahun ini, momentum pertumbuhan di akhir tahun nanti tetap harus dijaga melalui kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga," ucapnya.
Lebih lanjut, Yusuf juga memberikan pandangannya terkait catatan Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengungkapkan laju pertumbuhan perekonomian Indonesia pada kuartal I 2024 sebesar 5,11% year on year (YoY).
"Kalau kita perhatikan pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama, peran dari kebijakan fiskal itu relatif terlihat. Terutama dilihat dari indikator pertumbuhan konsumsi pemerintah dan konsumsi masyarakat," ujarnya.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2024 Diproyeksi Lebih Rendah
Menurutnya, pada kuartal pertama pemerintah relatif ekspansif dalam membelanjakan beberapa pos anggaran terutama yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilu dan bantuan langsung kepada masyarakat.
Di saat yang bersamaan pertumbuhan ekspor itu secara persistent mengalami perlambatan dari kuartal IV 2023 dan lebih rendah juga jika dibandingkan dengan kuartal I 2024.
"Kondisi ini menurut saya berpotensi masih akan terjadi di sisa akhir tahun ini di mana penurunan harga komoditas dan kondisi ekonomi global akan juga ikut berdampak terhadap pertumbuhan ekspor Indonesia," tuturnya.
Secara umum tantangan perekonomian ke depan ada pada stabilitas harga serta cara pemerintah menjaga kondisi di dalam negeri dari berbagai gejolak perekonomian global.
"Saat ini termasuk di dalamnya kondisi geopolitik maupun perkembangan kebijakan suku bunga acuan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News