Reporter: Maria Gelvina Maysha | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca transaksi berjalan atawa current account Indonesia di tahun 2023 diproyeksi akan kembali defisit. Namun, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyebut, current account deficit tersebut cenderung terkendali karena didukung stabilitas sektor eksternal.
Faisal memproyeksi, current account deficit Indonesia di tahun ini mencapai 0,65% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Proyeksi tersebut turun dari yang prediksi awal. Asal tahu saja,
Faisal sebelumnya, memperkirakan defisit transaksi berjalan Indonesia capai 1,10% dari PDB di tahun 2023.
Angka proyeksi defisit transaksi berjalan di tahun 2023 tersebut diperoleh karena surplus perdagangan yang dapat bertahan lebih lama dari yang diantisipasi sebagai akibat dari penurunan harga komoditas yang bertahap setelah pembukaan kembali ekonomi China dan pemangkasan produksi minyak OPEC+.
Baca Juga: Pasar Mulai Meyakini The Fed Akan Mulai Pangkas Suku Bunga Acuan di Tahun Ini
Selain itu, produksi sejumlah komoditas yang lebih rendah di tengah bayang-bayang El Nino di tahun ini, serta meredanya krisis energi global turut membantu surplus perdagangan Indonesia.
Meski demikian, kinerja ekspor diperkirakan akan terus melambat ke depannya akibat penurunan harga komoditas, melesunya permintaan global, inflasi tinggi, serta kenaikan suku bunga acuan yang masih berlangsung.
“Kami masih mengantisipasi bahwa surplus perdagangan cenderung menyempit, terutama pada paruh kedua tahun 2023,” kata Faisal kepada Kontan, Senin (15/5).
Adapun sebelumnya, surplus neraca perdagangan Indonesia terus berlanjut dan menandai surplus selama 36 bulan berturut-turut, dan di bulan April 2023 ini tercatat sebesar US$ 3,94 miliar.
Suprlus perdagangan di bulan April itu lebih tinggi dibanding Maret 2023 yang hanya US$ 2,83 miliar. Surplus ini disebabkan karena seluruh sektor impor mengalami penurunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News