Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet memprediksi surplus neraca perdagangan akan mengalami tren penurunan pada tahun ini.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor termasuk pertumbuhan ekonomi yang relatif lemah dari beberapa pangsa pasar utama ekspor produk Indonesia seperti Tiongkok dan Amerika Serikat (AS).
"Di sisi lain harga komoditas juga diperkirakan akan mengalami penurunan seiring dengan perlambatan perekonomian global yang akan terjadi di tahun ini," kata Rendy pada Kontan.co.id, Kamis (4/1).
Baca Juga: Geliat Manufaktur Picu Kenaikan Impor, Surplus Neraca Dagang Akan Mengecil
Harga minyak mentah atau crude palm oil (CPO) diperkirakan akan sedikit menurun sejalan dengan penurunan permintaan konsumsi industri dan energi.
Sementara, untuk batubara produksinya kemungkinan akan melebihi permintaan. Terlebih, Tiongkok sebagai konsumen terbesar dari batubara Indonesia mengurangi permintaannya.
"Selain itu transisi ke energi bersih melalui pengurangan konsumsi batubara di sektor energi dan Manufaktur, saya kira juga menjadi faktor yang akan menekan harga batubara di tahun ini terutama dalam jangka menengah," pungkas Rendy.
Baca Juga: Bank Mandiri Proyeksi Surplus Neraca Dagang Capai US$ 1,3 Miliar di Juni 2023
Diketahui, neraca perdagangan pada tahun ini masih tercatat surplus mencapai US$ 33,63 miliar pada periode Januari-November 2023.
Meski begitu, surplus tahun 2023 masih jauh lebih rendah daripada tahun-tahun sebelumnya. Dimana pada tahun 2022 mencapai US$ 50,54 miliar dan tahun 2021 surplusnya 54,53 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News