kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Ekonom: Perbesar porsi investasi langsung di utang


Selasa, 30 September 2014 / 18:39 WIB
Ekonom: Perbesar porsi investasi langsung di utang
ILUSTRASI. Olahraga di bulan Ramadan di rumah dengan beberapa aplikasi olahraga ini bisa bantu jaga kebugaran tubuh saat lebaran.


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat porsi investasi langsung dalam kewajiban finansial alias utang luar negeri Indonesia pada akhir triwulan II 2014 sebesar US$ 264,26 miliar atau memiliki porsi 43,4% dari utang. Sedangkan, investasi portofolio memakan porsi 31,92% atau sebesar US$ 194,28 miliar pada akhir triwulan II.


Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat, selama kewajiban finansial luar negeri Indonesia masih didominasi oleh investasi langsung maka net kewajiban yang terjadi dalam ekonomi Indonesia menjadi tidak masalah. Artinya, utang yang diambil Indonesia dilakukan untuk kegiatan produktif.

Yang perlu menjadi perhatian ke depan adalah meningkatkan porsi investasi langsung agar menjadi investasi utang yang sangat dominan. Menurut Lana, salah satu hambatan yang menghalangi investasi langsung semakin deras masuk ke Indonesia adalah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015 nanti.

Indonesia bisa saja hanya menjadi pasar namun investasinya dilakukan di negara Asean lainnya dengan bea masuk 0%. Indonesia bisa kalah dari Vietnam yang iklim investasinya lebih baik.

Karena itu pemerintahan baru nanti harus memperhatikan lima persoalan investasi langsung yaitu korupsi yang tinggi, birokrasi yang tidak efisien, infrastruktur yang kurang memadai, tumpang tindih kebijakan antara pusat dan daerah, serta akses pembiayaan yang mahal.

"Ini yang buat investasi langsung di Indonesia kurang menarik. Dalam survei doing business Indonesia masih pada peringkat 128 dari 188 negara," terang Lana kepada KONTAN, Selasa (30/9).

Sebagai informasi, mengacu pada data terbaru yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) mengenai Posisi Investasi Internasional (PII), tercatat net (kewajiban - aset) kewajiban minus sebesar US$ 403 miliar pada akhir triwulan II 2014 atau 47,9% dari PDB.  Artinya, PDB Indonesia pada triwulan II 47,9%-nya dibiayai dari finansial luar negeri.

Nilai tersebut meningkat 1,8% dari posisi akhir triwulan I yang sebesar US$ 395,9 miliar atau 46,3% dari PDB. Berdasarkan data PII, total kewajiban finansial luar negeri (KFLI) Indonesia pada triwulan II mencapai US$ 608,7 miliar, naik US$ 14,7 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar US$ 594 miliar.

Sementara itu, untuk aset finansial luar negerinya US$ 205,7 miliar. Nilai aset tersebut naik US$ 7,5 triliun dibanding triwulan I US$ 198,2 miliar.

Nah, menilik lebih dalam kewajiban finansial luar negeri alias pembiayaan luar negeri, 31,92% berasal dari investasi portofolio atau yang dikenal dengan hot money. Portofolio membenamkan dana sebesar US$ 194,28 miliar pada akhir triwulan II.

Sebelumnya pada akhir triwulan I, kewajiban investasi portofolio tercatat US$ 187,94 miliar atau naik 14,56% dibanding posisi akhir 2013 yang sebesar US$ 161,44 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×