Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melempar isyarat akan mengurangi likuiditas pada tahun 2022, setelah dua tahun belakangan BI jor-joran dalam mengguyur likuiditas dalam negeri.
Meski begitu, Gubernur BI Perry Warjiyo masih belum memberi tahu kapan tepatnya pengurangan likuiditas ini.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky meneropong, pengurangan likuiditas oleh BI ini akan menunggu sampai sektor riil benar-benar pulih.
“Karena, kalau sektor riil ini belum pulih, maka akan memberatkan. Karena, saat kondisi permintaan mulai pulih, likuiditas harusnya cukup. kalau likuiditas kurang, maka pemulihan akan terhambat,” ujar Riefky kepada Kontan.co.id, Selasa (19/10).
Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri perkirakan BI tahan suku bunga hingga akhir tahun 2021
Dengan kata lain, pengurangan stimulus ini baru akan bisa dilakukan dengan melihat faktor pemulihan ekonomi domestik yang juga sangat bergantung dari penanganan pandemi dan stimulus ekonomi dari pemerintah.
Setelah BI mengurangi likuiditas, barulah BI akan menaikkan suku bunga acuan. Riefky yakin, bank sentral akan menaikkan suku bunga acuan baru pada paruh kedua tahun depan dan tentu peningkatannya akan bertahap.
“Baiknya bertahap jangan sampai semua pengurangan stimulus ini dilakukan tiba-tiba atau disruptif di pasar keuangan. Secara historis, pergerakan suku bunga BI memang per 25 bps. Namun, tetap harus memperhatikan timing dan konteks,” tandasnya.
Selanjutnya: Premi CDS naik terus, BI: Karena ketidakpastian global
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News