kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom optimistis kinerja manufaktur masih ada di zona ekspansif hingga akhir tahun


Jumat, 01 Oktober 2021 / 16:46 WIB
Ekonom optimistis kinerja manufaktur masih ada di zona ekspansif hingga akhir tahun
ILUSTRASI. Pameran Manufaktur: Suasana Pameran Manufacturing Indonesia 2019 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (4/12). Ekonom optimistis kinerja manufaktur masih ada di zona ekspansif hingga akhir tahun.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kinerja manufaktur Indonesia sudah kembali ke zona ekspansif (zona di atas 50) pada bulan September 2021, setelah gelombang kedua Covid-19 menekan pertumbuhan pada awal kuartal III 2021.

IHS Markit mencatat, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada September 2021 sebesar 52,2, atau naik dari 43,7 pada bulan sebelumnya. 

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira pun optimistis, kinerja manufaktur hingga akhir tahun 2021 tetap berada dalam zona ekspansif. 

Baca Juga: Kinerja manufaktur naik, BKF harap mampu serap lebih banyak tenaga kerja

“Pada kuartal IV 2021 manufaktur bisa melanjutkan ekspansi, tetapi tidak akan naik terlalu tinggi,” tegas Bhima kepada Kontan.co.id, Jumat (1/10). 

Bhima mengatakan, peningkatan kinerja manufaktur pada tiga bulan terakhir tahun ini didorong oleh faktor seasonal, yaitu adanya momen Natal dan Tahun Baru yang biasanya ada kenaikan permintaan. 

Kenaikan permintaan ini mulai diantisipasi dengan peningkatan kapasitas produksi di beberapa sektor manufaktur sejak periode Oktober 2021 hingga November 2021. 

Baca Juga: Anak usaha Wijaya Karya (WIKA) ekspor 3.600 set komponen mobil ke Thailand

Hanya saja, Bhima mengingatkan masih ada beberapa risiko yang dihadapi oleh sektor manufaktur, seperti adanya krisis energi di China maupun Inggris. 

Selain itu, ada penutupan pabrik-pabrik di beberapa negara karena kurang pasokan energi, sehingga akan berdampak pada permintaan barang hasil industri manufaktur Indonesia. 

Plus, hingga saat ini masih ada masalah terkait kekurangan kontainer logistik, sehingga bisa mengganggu rantai pasok bahan baku untuk industri manufaktur. 

Untuk itu, Bhima menyarankan agar industri manufaktur lebih agile atau responsif dalam memproyeksi perubahan permintaan dengan manajemen stok yang lebih baik. 

Kemudian, bagi manufaktur berorientasi ekspor, maka disarankan konsisten untuk melakukan diversifikasi pasar, atau mencari negara-negara alternatif, serta meningkatkan daya saing produk dan efisiensi operasional dengan adaptasi teknologi digital. 

Selanjutnya: BKF optimis pemanfaatan PEN insentif usaha akan 100% dari pagu di akhir 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×