Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah ekonom memperkirakan langkah agresif Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dalam mengeluarkan berbagai kebijakan fiskal dinilai tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan domestik.
Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto menilai bahwa dorongan fiskal yang cepat dan inovatif dibutuhkan agar ekonomi Indonesia dapat tumbuh lebih kuat pada 2025.
"Makanya kita lihat aksinya langsung nyata, tidak menunggu waktu lama tapi dia coba mengeluarkan kebijakan inovatif," ujar Myrdal kepada Kontan.co.id, Senin (15/9/2025).
Ia mencontohkan, langkah pemerintah menggelontorkan dana Rp 200 triliun ke bank-bank Himbara serta peluncuran paket stimulus di sisa tahun ini merupakan kebijakan nyata yang bisa mendorong aktivitas ekonomi tumbuh di level 5%.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Pastikan Dana Rp 200 Triliun di Perbankan Tidak Akan Ditarik
Meski demikian, Myrdal mengingatkan ada risiko apabila perbankan tidak cukup agresif menyalurkan kredit.
"Tapi kalau programnya berhasil ini dampaknya positif buat berbagai indikator," katanya.
Myrdal menambahkan, pertumbuhan ekonomi yang solid akan mendorong arus modal asing tidak hanya ke pasar saham dan obligasi, tetapi juga ke investasi langsung (FDI).
Hal ini akan berdampak pada penguatan rupiah serta penurunan yield obligasi dan credit default swap (CDS) Indonesia.
Meski begitu, ia mengingatkan sejumlah tantangan masih membayangi, mulai dari risiko kredit tidak tepat sasaran hingga keterbatasan ruang penyaluran kredit perbankan.
"Jadi ruang untuk mendorong kredit itu bagi mereka itu sudah terbatas," katanya.
Oleh karena itu, pemerintah menurutnya perlu menjaga momentum dengan memastikan pencairan anggaran berjalan cepat dan tepat sasaran. Ia menekankan, realisasi anggaran yang lambat justru bisa menghambat pemulihan ekonomi.
Baca Juga: Menkeu Purbaya: Suntikan Dana Rp 200 Triliun ke Himbara Bisa untuk Kopdes Merah Putih
Sementara itu, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy menilai langkah agresif yang dilakukan Purbaya tidak mengganggu stabilitas makroekonomi, baik pada instrumen surat utang negara (SUN), credit default swap (CDS), maupun beban bunga.
Menurutnya, biaya bunga tabungan diperkirakan akan mengalami penurunan seiring kebijakan Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan serta adanya dropping dana Rp 200 triliun ke bank-bank Himbara.
Namun, penurunan suku bunga kredit belum tentu terjadi dalam waktu dekat.
“Bunga kredit belum turun dan belum tentu juga akan turun karena perbankan kita oligopoli,” ujar Budi.
Ia menjelaskan, pergerakan CDS tenor 5 tahun dan 10 tahun masih relatif stabil. Kalaupun ada kenaikan, sifatnya kecil dan tidak signifikan.
Hal yang sama terjadi pada yield SUN tenor 5 tahun dan 10 tahun yang hanya turun tipis.
“Yield SUN 5 tahun dan 10 tahun turun sedikit saja, tidak signifikan dan relatif stabil,” jelasnya.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Proyeksi Ekonomi Indonesia Kuartal III-2025 Melambat
Selanjutnya: United Tractors (UNTR) Akuisisi Entitas Anak PSAB, Cermati Rekomendasi Analis
Menarik Dibaca: Turunkan Berat Badan Tanpa Diet Ekstrem, Ini Tips Sehatnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News