Reporter: Benedicta Prima | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah menguat 0,4% ke level Rp 14.244 per dollar AS, di awal pekan ini. Nanang Hendarsah, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) mengatakan, penguatan rupiah masih ditopang oleh derasnya arus modal masuk ke pasar keuangan domestik terutama pasar sekunder Surat Berharga Negara (SBN).
Pada November 2018, arus masuk melalui SBN mencapai Rp 35 triliun naik dari Rp 15,1 triliun di bulan Oktober 2018. Potensi masuknya arus modal asing ke pasar SBN masih cukup besar.
"Meskipun yield SBN 10 tahun sudah turun ke 7,8%, namun bila dibandingkan dengan yield obligasi pemerintah AS (Treasury bond) yang mencapai 3,0% maka investor masih memperoleh selisih 480 basis poin (bps)," jelas Nanang, Senin (3/12).
Besarnya arus modal portofolio asing juga tercermin dari suplai dollar di pasar valas. Suplai valas dari eksportir mencapai US$ 677 juta. Pasokan valas dari investor asing dan eksportir dapat menutup kebutuhan valas importir yang mencapai US$ 740 juta.
Selama November 2018, pasokan valas dari investor asing merupakan terbesar selama 2018 yaitu mencapai US$ 4,3 miliar. Melebihi kebutuhan valas korporasi domestik selama November 2018 yang mencapai US$ 2,3 miliar.
Mengalirnya arus modal asing menunjukkan kepercayaan yang kuat dari investor global terhadap daya tahan ekonomi makro Indonesia di tengah pasar keuangan global yang terus bergejolak. Kondisi tersebut ditopang kebijakan moneter yang pre-emptive dalam merespon tantangan global dan domestik termasuk tantangan defisit neraca transaksi berjalan, serta kebijakan fiskal yang ditempuh secara konsisten dan prudent.
Selain itu, secara global kondisi ini didukung dengan merebaknya optimisme atas pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Mereka sepakat untuk melakukan "trade truce" dengan menunda pengenaan tambahan tarif oleh kedua negara untuk 90 hari ke depan dan mengintensifkan pembicaraan lanjutan untuk menghasilkan rumusan perjanjian dagang antar dua negara tersebut.
Demikian pula secara riil, dengan inflasi November 2018 sebesar 3,23% maka nilai riil dari yield yang ditawarkan oleh SBN 10 tahun mencapai 4,57%, tertinggi setelah Brasil.
Tingkat inflasi yang rendah dan stabil juga akan membuat nilai tukar rupiah tetap terjaga daya saingnya terhadap sekelompok mata uang mitra dagang atau dikenal real effective exchange rate (REER).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News