Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan risiko tekanan inflasi di tengah penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan terus berlanjut.
Menurutnya, inflasi yang masih tinggi akan berlangsung setidaknya sampai semester I 2023 mendatang. Diperkirakan inflasi akan tetap berada di kisaran 5% hingga 6% selama periode tersebut.
“Selain itu, inflasi juga disebabkan oleh permintaan yang mulai membaik ditengah pelonggaran PPKM yang secara khusus meningkatkan mobilitas masyarakat,” tutur Faisal dalam laporannya, Selasa (11/1).
Baca Juga: Inflasi Inti Pada Oktober 2022 Naik Menjadi 3,31%
Faisal menilai, kenaikan harga BBM yang mulai berlaku pada 3 September lalu tidak hanya akan berdampak pada efek putaran pertama pada harga bahan bakar dan tarif layanan transportasi, melainkan juga berimbas pada efek putaran ke dua pada harga barang dan jasa lainnya, utamanya melalui biaya jasa distribusi.
Dengan begitu, inflasi umum dan inflasi inti akan meningkat signifikan setelah kenaikan harga BBM untuk beberapa periode ke depan.
Lebih lanjut, Faisal juga turut menyoroti terkait dampak inflasi impor akibat depresiasi rupiah di tengah agresifnya kebijakan moneter global. Dari faktor tersebut, Ia memperkirakan nilai tukar rupiah akan ada di kisaran Rp 15.186 per dolar AS pada akhir 2022, sementara rerata rupiah di sepanjang tahun 2022 akan sebesar Rp 15.186 per dolar AS.
Secara keseluruhan, ia juga memprediksi tingkat inflasi akan mencapai 6,27% secara tahunan pada akhir tahun 2022, jauh meningkat dibandingkan inflasi pada 2021 yang sebesar 1,87% secara tahunan. Kemudian akan mengalami penurunan pada 2023 yang diperkirakan sebesar 4,02%.
Baca Juga: Ini Penyebab Inflasi Tahunan di Oktober Turun Jadi 5,71%
“Karena inflasi yang panjang berada di atas kisaran target dan kami melihat tekanan yang lebih tinggi pada depresiasi rupiah, kami memutuskan untuk merevisi perkiraan BI-7DRRR (Bank Indonesia 7-Day Reverse Repo Rate) menjadi 5,50% pada akhir 2022 (vs. 3,50% pada tahun 2021) dan menjadi 5,75% pada akhir tahun 2023,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News