kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom: Ketergantungan pada dana asing masih tinggi


Minggu, 24 Maret 2019 / 21:11 WIB
Ekonom: Ketergantungan pada dana asing masih tinggi


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Posisi investasi internasional (PII) Indonesia pada triwulan IV mengalami peningkatan kewajiban sebesar US$ 317,8 miliar dari triwulan sebelumnya yang sebesar US$ 292,5 miliar. Posisi net kewajiban ini sebesar 30,5% terhadap PDB.

Bank Indonesia menjelaskan, kenaikan net kewajiban ini disebabkan peningkatan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang melampaui peningkatan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN).

Pada triwulan IV 2018, posisi KFLN tercatat sebesar US$ 664,8 naik 5% dari triwulan sebelumnya. Peningkatan posisi KFLN ini didorong oleh masuknya arus modal asing. Masuknya modal asing ini didorong oleh tingginya kepercayaan investor pada prospek perekonomian domestik.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, adanya peningkatan kewajiban ini memang menunjukkan ketergantungan Indonesia pada dana asing masih tinggi.

Meski begitu, ini tak berarti buruk lantaran investasi asing masih dibutuhkan untuk menutupi defisit transaksi berjalan yang masih tinggi.

Menurut Lana naiknya net kewajiban Indonesia menunjukkan investasi asing meningkat. "Kewajiban meningkat kan karena kita memiliki tanggung jawab atau konsekuensi untuk membayar itu. Porsi kepemilikan asing dalam PMA dan surat berharga itu semakin besar. Harapannya semakin penting posisi Indonesia di mata asing," tutur Lana kepada Kontan.co.id, Minggu (24/3).

Meski begitu, perlu dilihat lagi apakah pembayaran yang dilakukan Indonesia merupakan profit, kupon atau justru capital outflow.

Lana berpendapat, bila kewajiban tersebut berupa kupon ini menunjukkan bahwa banyak kepemilikan asing yang berupa SBN pemerintah. Artinya, pendalaman pasar di dalam negeri belum cukup.

Bila pembayaran yang dilakukan karena adanya profit, maka hal tersebut menunjukkan keuntungan perusahaan asing di Indonesia yang cukup tinggi. Ini bisa menjadi daya tarik lain bagi investor asing. "Namun kalau yang terjadi outflow, artinya Indonesia harus waspada," tutur Lana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×