kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekonom: Kebutuhan valas akhir tahun bisa meningkat hingga 3% - 5%


Senin, 28 Oktober 2019 / 20:01 WIB
Ekonom: Kebutuhan valas akhir tahun bisa meningkat hingga 3% - 5%
ILUSTRASI. Petugas teller menghitung uang di Bank Sinarmas KCU BSD Tangerang Selatan, Kamis 910/1). Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menetapkan adanya kenaikan tingkat bunga penjaminan masing-masing 25 basis poin (bps) untuk simpanan rupiah dan valuta asing di bank u


Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebutuhan valuta asing (valas) Indonesia pada akhir tahun diperkirakan akan meningkat hingga 3% - 5% dari kebutuhan per bulan. Menurut Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro, hal ini salah satunya, disebabkan oleh peningkatan impor pada kuartal IV-2019.

Impor yang meningkat biasanya didorong dengan tingginya permintaan barang konsumsi di akhir tahun. Selain itu, ada juga sebab dari peningkatan impor minyak dan gas (migas) untuk keperluan bepergian di akhir tahun. Melihat hal itu, Satria memperkirakan kebutuhan valas pada akhir kuartal IV-2019 akan ada di kisaran US$ 33,5 miliar.

Lalu untuk kebutuhan valas lain yang cukup besar adalah kebutuhan valas dari Pertamina untuk impor migas. Menurut Satria, biasanya Pertamina membutuhkan valas untuk impor migas sebesar US$ 1,5 miliar. Oleh karena itu, pada kuartal IV-2019, kebutuhan valas khusus impor migas oleh Pertamina bisa mencapai US$ 5 miliar - US$ 6 miliar.

Baca Juga: Ekonom perkirakan kebutuhan valas akan meningkat di akhir kuartal IV-2019

Satria lalu menambahkan, bahwa kebutuhan valas sebenarnya bisa ditekan dan ini merupakan peran dari Bank Indonesia (BI) dan juga pemerintah, terutama lewat Kementerian Keuangan (Kemenkeu), yaitu dengan melakukan pengawasan impor.

"Jangan sampai impor nantinya menghantam ekspor kita. Ekspor merupakan indikator supply valas. Sementara impor merupakan indikator demand valas. Nah, supply dan demand tersebut harus seimbang," kata Satria kepada Kontan.co.id, Senin (28/10).

Oleh karena itu, BI dan pemerintah diimbau untuk terus melakukan pengetatan kebijakan moneter dan fiskal agar tidak terlalu longgar, untuk menjaga keseimbangan ekspor dan impor. Apalagi dengan masih adanya tensi tinggi dalam dunia perekonomian global akibat perang dagang.

Baca Juga: Pemerintah terbitkan global bond untuk biayai pelebaran defisit, simak imbal hasilnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×