kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.521.000   11.000   0,73%
  • USD/IDR 15.656   -53,00   -0,34%
  • IDX 7.788   -1,42   -0,02%
  • KOMPAS100 1.207   0,14   0,01%
  • LQ45 955   0,37   0,04%
  • ISSI 235   -0,75   -0,32%
  • IDX30 493   0,55   0,11%
  • IDXHIDIV20 587   -1,48   -0,25%
  • IDX80 137   -0,05   -0,03%
  • IDXV30 143   -0,04   -0,03%
  • IDXQ30 163   -0,09   -0,06%

Ekonom Ini Pertanyakan Janji Prabowo untuk Bentuk Kabinet Zaken


Rabu, 23 Oktober 2024 / 14:38 WIB
Ekonom Ini Pertanyakan Janji Prabowo untuk Bentuk Kabinet Zaken
ILUSTRASI. Presiden Prabowo Subianto (depan, tengah) didampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka (depan, keempat kanan) berfoto bersama jajaran Menteri dan Kepala Lembaga Tinggi Negara Kabinet Merah Putih yang baru dilantik di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (21/10/2024). Presiden Prabowo melantik 53 menteri dan kepala badan negara setingkat menteri dalam Kabinet Merah Putih periode 2024-2029. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Lmo/nym.


Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mempertanyakan janji Presiden Prabowo Subianto untuk membentuk kabinet zaken atau kabinet ahli.

Sebab, kabinet yang dibentuk justru dijuluki sebegai 'kabinet gemuk' yang mayoritas diisi politikus.

Ekonom Senior Indef Fadhil Hasan mengatakan, janji Prabowo untuk membentuk kabinet zaken tidak tercermin pada kabinet gemuk yang telah ia bentuk. Menurutnya kabinet gemuk Prabowo  justru lebih banyak mengakomodasi partai politik.

Sementara kabinet zaken semestinya jajaran menteri berasal dari kalangan ahli dan bukan representasi dari suatu partai politik tertentu. 

"Justru kabinet gemuk Prabowo ini akan seperti 'lameduck', kelumpuhan seperti bebek duduk karena soal koordinasi, kewenangan, dan lain-lain," ungkap Fdhil dalam Diskusi Publik Indef Selasa (22/10).

Baca Juga: Wapres Gibran Tunggu Arahan Presiden Prabowo Soal Pembagian Tugas

Fadhil juga melihat pembentukan kabinet gemuk ini dalam satu hingga dua tahun ke depan gerakannya sudah akan cenderung lamban. Padahal Prabowo sendiri menginginkan suatu gerak yang cepat dalam menjelankan berbagai program. 

"Size itu matters dalam hal efisiensi, dengan kabinet super gemuk itu bisa dikatakan dalam satu tahun, dua tahun, gerakan pasti lamban dan akan mengalami kelumpuhan," jelasnya.

Fadhil juga menyebutkan  persoalan koordinasi dan tumpang tindih kebijakan berpotensi akan terjadi dalam kabinet dengan jumlah besar. Padahal persoalan koordinasi antar kementerian/lembaga ini telah terjadi sejak era Jokowi.

"Karena dengan banyaknya jumlah kementerian/Lembaga akan disibukan dengan pembagian kewenangan, masalah internal masing-masing soal koordinasi satu sama lain, sampai hal-hal teknis seperti kantornya dimana juga masih belum jelas," ujarnya. 

Fadhil menilai, pembentukan kabinet gemuk ini menjadi semacam eksperimen Prabowo apakah bisa mencapai dan menjalankan program-program yang telah dicanangkan. Tapi ini cenderung akan buang-buang waktu. 

"Akan wasting time kalau harus dirombak dalam waktu satu hingga dua tahun ke depan," ucapnya. 

Selanjutnya: Guru di Pelosok Kalimantan yang Ubah Semangat Belajar Siswa dengan Teknologi

Menarik Dibaca: Ingat! Besok 24 Oktober 2024 Hari Terakhir Pemesanan ORI026

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet

[X]
×