CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Ekonom Indef: Pemerintah harus manfaatkan momentum pertumbuhan konsumsi dan investasi


Rabu, 05 Juni 2019 / 19:15 WIB
Ekonom Indef: Pemerintah harus manfaatkan momentum pertumbuhan konsumsi dan investasi


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank dunia dalam Global Economic Prospect Juni 2019 kembali memangkas pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 2,6%, turun dari sebelumnya yang diperkirakan sebesar 2,9%. Meski begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih tetap tumbuh di angka 5,2% dan diperkirakan stabil pada 2020 - 2021.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan, pertumbuhan ekonomi tersebut memang memungkinkan dipertahankan. Apalagi masih ada pertumbuhan konsumsi dan investasi yang diperkirakan masih akan tumbuh setelah Juni. Karena itu, Aviliani menyarankan agar pemerintah memanfaatkan momentum tersebut.

"Pemerintah harus menjaga statement yang berkaitan dengan positivisme, karena investor ini hanya menunggu waktu saja," ujar Aviliani usai menghadiri open house Lebaran di kediaman dinas Menko Perekonomian Darmin Nasution, Rabu (5/6).

Terkait arus dana yang masuk dan arus dana keluar, ia mengatakan, Indonesia harus memiliki daya tahan ekonomi yang kuat sehingga ketika arus modal asing keluar, tidak akan ada masalah berarti yang harus dihadapi.

"Kalau kita lihat aliran dana keluar, tidak lama kan masuk lagi. Yang harus kita tahan adalah ketika mereka keluar, kita harus punya daya tahan yang kuat. Sehingga ketika mereka masuk lagi kita sudah stabil," ujar Aviliani.

Lebih lanjut Aviliani berpendapat, bila Indonesia bisa mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1%, angka tersebut sudah termasuk baik. Dia mengatakan, bila pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2%, bisa jadi defisit transaksi berjalan turut melonjak.

"Jadi harus dijaga momentumnya. Tidak usah pertumbuhan terlalu tinggi. Yang penting adalah stabil dan bisa menjaga kestabilan nilai tukar rupiah," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×