Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam menilai, Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 yang telah disusun pemerintah cukup sehat. Namun, anggaran itu masih rentan karena defisit anggaran bisa melebar.
Piter mengatakan, RAPBN 2019 masih sangat tergantung pada realisasi penerimaan pajak dan realisasi belanja negara. Sementara realisasi belanja negara juga sangat dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah. Apalagi, saat ini kurs rupiah hampir menyentuh level Rp 15.000 per dollar AS.
"Defisit anggaran yang kecil dipengaruhi penerimaan pajak. Bisa tidak tercapai? Dan kalau tidak tercapai bisa menyebabkan pelebaran defisit anggaran," kata Piter dalam acara diskusi RAPBN 2019 di Hotel Mandarin Oriental, Rabu (5/9).
Begitu juga dengan realisasi belanja negara. Jika nilai tukar rupiah terus melemah maka akan membuat pembengkakan anggaran belanja pemerintah. Apalagi, pemerintah juga telah mencanangkan untuk tidak menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Kalau iya, beban migas kita bisa lebih besar," tambah dia.
Dalam RAPBN 2019, pemerintah menargetkan pendapatan negara dan hibah sebesar Rp 2.142 triliun. Sementara belanja negara dianggarkan sebesar Rp 2.439,7 triliun. Adapun defisit anggaran ditargetkan mencapai Rp 297,2 triliun atau 1,84% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News