Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Optimisme konsumen melemah pada Maret 2020. Bank Indonesia (BI) mencatat, pelemahan optimisme konsumen terutama disebabkan oleh persepsi konsumen terhadap kondisi saat ini dan ekspektasi konsumen terhadap kondisi eknomi pada 6 bulan ke depan.
Menurut Ekonom Center on Reform of Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy, penurunan optimisme konsumen tersebut tidak lepas dari pengaruh Covid-19 yang saat ini tengah menjangkit Indonesia.
Baca Juga: Survei BI: Optimisme konsumen menurun pada Maret 2020
Dengan adanya wabah ini, Pemerintah pun menerapkan imbauan untuk pembatasan aktivitas fisik berupa social distancing, pergerakan aktivitas masyarakat, juga banyak kantor yang akhirnya mendorong karyawan untuk work from home (WFH).
"Lalu, ini berdampak pada menurunnya pendapatan pekerja informal seperti ojek daring, ataupun pedagang kali lima yang banyak menggantungkan ativitas ekonominya pada konsumen karyawan," kata Yusuf kepada Kontan.co.id, Senin (6/4).
Selain itu, optimisme konsumen yang menurun juga dipandang Yusuf sebagai akibat dari praktek panic buying yang dilakukan oleh segelintir orang sehingga membuat beberapa barang pokok sulit untuk didapat dan akhirnya dibatasi pembeliannya.
"Jadi, jangankan membeli barang durable goods. Bahan pokok saja beberapa orang bisa sulit mendapatkan," tambah Yusuf.
Baca Juga: Pemerintah Berikhtiar Jaga Daya Beli, Sudah Saatnya Cicil Beli Saham Konsumsi
Yusuf pun melihat bahwa kondisi Covid-19 ini masih belum akan selesai dalam waktu dekat. Apalagi dengan melihat bertambahnnya korban baik yang meninggal dan terjangkit sehingga optimisme konsumen untuk saat ini masih akan melemah.
Meski begitu, di tengah kondisi seperti ini pemerintah telah menggelontorkan berbagai macam stimulus dari sisi fiskal untuk menjaga perekonomian Indonesia, salah satunya dengan menjaga konsumsi rumah tangga.
Baca Juga: Analis: Insentif sembako dari pemerintah berefek positif pada emiten barang konsumsi
Menurutnya, usaha pemerintah tersebut esensial dalam menjaga optimisme masyarakat, apalagi di tengah situasi seperti ini.
"Seperti misalnya rencana pemberian kartu pra kerja untuk pekerja sektor informal dan karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), di samping itu ada juga rencana penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada msayarakat berdampak," jelasnya.
Agar racikan tersebut semakin ampuh, Yusuf pun mengimbau agar tindak lanjutnya segera dilaksanakan. Pun halnya, pemerintah juga perlu melakukan validasi data untuk siapa saja yang berhak menerima, terutama untuk BLT sehingga bantuan ini tepat sasaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News