Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menilai bahwa untuk menuju peringkat kredit dari BBB menjadi single A, Indonesia akan menghadapi sejumlah tantangan.
Ekonom CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan bahwa tantangan pemerintah dalam mencapai peringkat yang lebih tinggi dari posisi saat ini adalah memastikan pengelolaan fiskal yang dapat memenuhi syarat-syarat keberlanjutan fiskal.
Salah satu caranya adalah memastikan bahwa perkembangan belanja yang ingin diakomodasi dalam APBN dapat terpenuhi melalui pembiayaan utama, baik dari pajak maupun penerimaan non-pajak.
"Hal ini untuk menghindari besarnya pendanaan alternatif yang digunakan oleh pemerintah melalui utang, karena ketika pemerintah menggunakan pendanaan alternatif utang, itu tentu akan mendorong peningkatan beban belanja bunga utang di kemudian hari dan potensi peningkatan rasio utang," ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Minggu (9/6).
Baca Juga: Indonesia Bidik Peringkat Kredit Single A, Biaya Utang Bisa Lebih Murah
Menurutnya, kondisi tersebut tidak terlalu baik bagi lembaga rating ketika menilai risiko dalam jangka menengah hingga panjang yang terlalu besar dan tinggi, sehingga akan berpotensi mendorong lembaga rating tersebut untuk tidak melakukan peningkatan rating dari surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap Indonesia dapat segera mencapai peringkat kredit (credit ratings) menjadi Single A.
Namun, untuk menuju peringkat tersebut, maka rasio pajak alias tax ratio Indonesia harus diperbaiki.
"Salah satu untuk menjadi single A adalah jika kita bisa memperbaiki tax ratio dan itu harus usaha keras, serta pendalaman dari market kita," ujar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR RI, belum lama ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News