Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Bank Mandiri meyakini Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5% dalam beberapa waktu ke depan.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, keyakinannya ini berdasarkan kondisi perekonomian Indonesia dan kondisi inflasi yang masih terjaga.
“Ada dua faktor yang memengaruhi kondisi tersebut sehingga memberikan ruang yang cukup bagi BI menahan suku bunga acuan di level 3,5% dalam beberapa waktu ke depan,” tutur Faisal kepada Kontan.co.id, Selasa (24/5).
Faisal memerinci. Faktor pertama, perekonomian yang terjaga seiring dengan peningkatan harga komoditas. Ini akan membawa angin segar bagi performa ekspor sehingga akan memperpanjang periode tren surplus neraca perdagangan Indonesia.
Baca Juga: BI Tetap Pertahankan Suku Bunga Acuan di 3,5%
Tren surplus juga membawa kabar baik bagi kondisi neraca eksternal, yang bermuara pada terjaganya pergerakan nilai tukar rupiah, meski sedang ada berbagai risiko yang membuat rupiah melemah.
Faktor kedua, dari sisi domestik, adalah inflasi yang berpotensi terjaga. Pasalnya, pemerintah sudah memutuskan untuk menambah anggaran subsidi energi sehingga harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, LPG, dan listrik di bawah 3000 VA tidak akan naik.
Keputusan untuk menjaga harga barang diatur pemerintah ini bisa menekan tingkat inflasi, yang sempat dikhawatirkan bakal melambung kalau harga-harga tersebut meningkat.
Namun, tren suku bunga rendah ini juga tak bisa berlangsung selamanya. Faisal pun memperkirakan BI akan mengerek suku bunga acuan pada semester II-2022. Hal ini seiring dengan peningkatan inflasi secara fundamental, yang terlihat dari kondisi inflasi inti.
“Inflasi inti pada paruh kedua tahun ini diperkirakan akan meningkat karena permintaan yang makin naik. Ini buah dari akselerasi pemulihan ekonomi,” jelas Faisal.
Baca Juga: BI Kembali Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia
Menurut hitungan Faisal, secara total BI akan meningkatkan suku bunga acuan sebanyak 75 basis poin (bps) secara total. Sehingga, pada akhir tahun 2022, suku bunga acuan akan bergerak di level 4,25%.
Sebelum menaikkan suku bunga acuan, BI berkomitmen untuk terlebih dahulu mengurangi likuiditas di perbankan lewat peningkatan Giro Wajib Minimum (GWM).
“Kami juga percaya, BI akan tetap memberikan bauran kebijakan makroprudensial yang akomodatif pada tahun 2022 untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,” tandas Faisal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News