Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro melihat bahwa pertumbuhan ekonomi sampai akhir 2019 kemungkinan besar berada di level 5,1%. Angka tersebut berada di bawah prediksi sebelumnya yakni 5,22%.
Alasannya, meningkatnya risiko eksternal seperti perang dagang AS-China yang berkelanjutan. Selain itu proyeksinya semakin yakin di level 5,1% karena pencapaian kuartal I-2019 yang anjlok.
Baca Juga: Butuh insentif dari pemerintah untuk menopang laju industri manufaktur
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan realiasasi PDB kuartal II-2019 terkontraksi di level 5,05% year on year (yoy). Angka tersebut lebih rendah dibanding pencapaian kuartal I-2019 yakni 5,07 dan kuartal II-2018 sebesar 5,27%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyampaikan pertumbuhan ekonomi terkontraksi lantaran investasi melambat diakibatkan perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China serta Pemilu.
“Saya kira tren wait and see investor berlangsung sepanjang kuartal II-2019,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2019, di kantor BPS, Jakarta, Senin (5/8).
Baca Juga: BPS proyeksikan indeks tendensi konsumen kuartal tiga turun
Adapun realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada April-Juni 2019 berdasarkan pengeluaran paling besar disumbang dari konsumsi rumah tangga 2,77%, PMTB 1,59%, net-ekspor 0,98%, konsumsi pemerintah 0,16%, sementara pendapatan lainnya kontraksi 0,90%.
Di sisi lain, sumbangsih pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut lapangan usaha secara berurutan didapat dari kontribusi Industri pengolahan 0,74%. pertanian 0,71%, perdagangan 0,61%, konstruksi 0,55%, dan lainnya sebesar 2,44%.
“Namun bisa saja dengan beberapa langkah pemerintah dan stimulus dapat mendukung pertumbuhan untuk tetap sedikit di atas 5,1% sampai dengan akhir 2019,” kata Andry dalam risetnya, Senin (5/8).
Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi diramal bakal loyo sampai akhir 2019
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News