Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Menurut Tonang, karena adanya produksi protein S oleh sel otot ini, aktivitas sel-sel fagosit menjadi terpicu.
"Akibatnya, makin banyak sel-sel imunitas bawaan ke lokasi penyuntikan. Terjadilah pembengkakan, kemerahan, dan nyeri," jelas Tonang.
Ia mengatakan, efek samping tersebut seharusnya hanya berlangsung sementara. Sebab, setelah protein S terbawa ke limfonodi, kondisi akan berangsur pulih. Setelah itu, tubuh akan memulai proses pembentukan antibodi.
"Masyarakat umum mulai banyak yang mendapatkan vaksinasi Moderna. Wajar bila hampir semua merasakan peradangan, bengkak, dan nyeri di tempat suntikan ini," jelas Tonang.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Pfizer BioNTech kantongi persetujuan penuh dari regulator obat AS
Sudah kantongi izin BPOM
Sebagaimana diketahui, vaksin Moderna sudah mulai didistribusikan untuk masyarakat umum setelah sebelumnya hanya dibatasi sebagai vaksin ketiga atau booster untuk tenaga kesehatan. Vaksin Moderna merupakan vaksin Covid-19 berbasis mRNA yang dibuat oleh perusahaan farmasi asal Amerika Serikat.
Diberitakan Kompas.com, 2 Juli 2021, vaksin Moderna telah mengantongi izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Menurut BPOM, vaksin Moderna memiliki efikasi sebesar 94,1 persen dan aman untuk kelompok populasi masyarakat dengan komorbid atau penyakit penyerta.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penjelasan Kemenkes soal Ramai Efek Samping Moderna yang Disebut Lebih "Terasa" ketimbang Vaksin Lain"
Penulis : Jawahir Gustav Rizal
Editor : Sari Hardiyanto
Selanjutnya: Vaksin Covid-19 Moderna hanya untuk dua kelompok masyarakat ini, siapa saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News