Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2017 mencapai 5,07%. Meski tertinggi sejak 2014, realisasi ini meleset dari target APBN-P 2017 yang sebesar 5,2%.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menilai, dengan angka pertumbuhan ekonomi di 2017 ini, target di tahun 2018 belum bisa tercapai. Dalam APBN 2018, pemerintah menargetkan ekonomi tumbuh 5,4%.
“Target kami tumbuh di 5,2%. Yang pasti optimisme pasar ada juga dengan keadaan ekonomi global yang membaik,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (5/2).
Menurut Shinta, agar ekonomi pada tahun ini bisa lebih baik, pemerintah perlu lebih fokus lagi, “Permasalahan dalam negeri kita harus dibenahi,” kata Shinta.
Khususnya, permasalahan yang menghambat investasi dan ekspor. Permasalahan ini beberapa waktu lalu sempat menjadi sorotan Presiden Jokowi lantaran kinerjanya tidak memuaskan.
Ekonom Indef Bhima Yusdhistira mengatakan, dari data BPS terlihat bahwa pertumbuhan industri manufaktur stagnan di 4,27% dan porsinya juga anjlok menjadi 20,16% terhadap produk domestik bruto (PDB). Hal ini, menurutnya, pertanda deindustrialisasi dini semakin parah.
“Padahal secara makro sebenarnya ekonomi global sedang bergerak naik, bahkan di wilayah Asean ada Malaysia yang tumbuh 6,2%, Thailand 4,3% dan Filipina 6,6%. Kalau Indonesia cuma tumbuh di angka 5% artinya kita belum optimal memanfaatkan peluang perbaikan ekonomi global. Lari kita masih lambat, mungkin tenaganya habis,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News