kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.951.000   23.000   1,19%
  • USD/IDR 16.300   94,00   0,58%
  • IDX 7.166   -38,30   -0,53%
  • KOMPAS100 1.044   -6,02   -0,57%
  • LQ45 802   -6,08   -0,75%
  • ISSI 232   -0,07   -0,03%
  • IDX30 416   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 486   -4,82   -0,98%
  • IDX80 117   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 119   -0,02   -0,02%
  • IDXQ30 134   -1,35   -1,00%

Duh, Morgan Stanley melihat ada risiko gelombang kedua corona di Indonesia


Selasa, 23 Juni 2020 / 16:40 WIB
Duh, Morgan Stanley melihat ada risiko gelombang kedua corona di Indonesia
ILUSTRASI. Pengunjung memotret satwa saat berkunjung di Taman Margasatwa Ragunan (TMR), Jakarta, Sabtu (20/6/2020). Pemprov DKI Jakarta mulai membuka tempat-tempat wisata dengan sejumlah protokol kesehatan yang harus dipatuhi pengunjung. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gu


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak negara kini telah melonggarkan kebijakan pembatasan aktivitasnya, termasuk Indonesia. Morgan Stanley melihat, hal ini memicu timbulnya risiko gelombang kedua (second wave) wabah corona (Covid-19) di Indonesia.

"Dengan pertimbangan, kasus harian Indonesia meningkat tinggi akhir-akhir ini. Bahkan, melampaui kasus tertinggi sebelumnya," tulis Morgan Stanley dalam riset yang berjudul "Asia Economic Mid-Year Outlook" yang diterima Kontan.co.id.

Selain Indonesia, negara-negara lain yang disebut berpotensi timbul second wave akibat semakin tingginya kasus Covid-19 adalah India dan Filipina.

Baca Juga: Gawat! infeksi virus corona gelombang kedua mulai terjadi di Korea Selatan

Meski ada risiko, Morgan Stanley yakin, kalau second wave tidak akan terlalu menekan kondisi perekonomian. Hal ini disebabkan oleh gelontoran kebijakan yang telah dikeluarkan Pemerintah Indonesia dari sisi fiskal.

Seperti yang kita ketahui, Pemerintah Indonesia telah memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 melebar hingga 6,34% dari produk domestik bruto (PDB). Pelebaran defisit ini disebabkan perkembangan penggunaan anggaran untuk penanganan pandemi Covid-19.

Kebijakan fiskal inilah yang diniliai sebagai alat yang paling tepat untuk mengungkit perekonomian. Di samping itu, ditambah juga dengan kebijakan moneter yang telah dikucurkan oleh Bank Indonesia (BI).

Baca Juga: Waspada! WHO: Dunia berada dalam fase baru pandemi corona dan berbahaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×