kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dugaan operasi senyap dan suara bulat komisi III saat Firli terpilih jadi ketua KPK


Rabu, 09 Juni 2021 / 13:17 WIB
Dugaan operasi senyap dan suara bulat komisi III saat Firli terpilih jadi ketua KPK
ILUSTRASI. Dugaan operasi senyap dan suara bulat komisi III saat Firli terpilih jadi ketua KPK


Sumber: Kompas.com | Editor: Noverius Laoli

Namun, pernyataan yang disampaikan Tsani bersama Saut Situmorang atas kesepakatan melalui grup WhatsApp. Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai, seharusnya calon yang dianggap melanggar etik tak boleh dipilih sebagai pimpinan KPK yang baru. Namun, nyatanya DPR tetap memilih Firli sebagai ketua KPK.

Rencana besar 

Sejak awal, ICW sudah menduga bahwa Komisi III DPR akan memilih calon pimpinan sesuai selera politik sampai mengabaikan catatan negatif calon tertentu.  Menurut ICW, proses seleksi dan pemilihan pimpinan KPK periode 2019-2023 seperti sebuah rencana besar. 

"Sejatinya sinyal komposisi Pimpinan KPK yang baru saja terpilih sudah menguat sejak di Panitia Seleksi Capim KPK. Ini artinya, proses yang terjadi di Pansel Capim KPK, termasuk sikap politik Presiden Jokowi kemarin, dengan apa yang terjadi di DPR RI adalah sebuah proses yang seirama seolah menjadi bagian dari rencana besar," ujar Peneliti ICW Kurnia Ramadhana. 

Baca Juga: Berikut nama-nama pegawai KPK yang tidak lolos tes wawasan kebangsaan

Tak lama usai hasil pemilihan Firli diumumkan, Wakil Ketua KPK 2015-2019, Saut Situmorang menyatakan akan mundur dari posisinya. Dalam keterangan tertulis, Saut mengaku akan mundur per 16 September 2019. 

"Saudara saudara yang terkasih dalam nama Tuhan yang mengasihi kita semua, izinkan saya bersama ini menyampaikan beberapa hal sehubungan dengan pengunduran diri saya sebagai Pimpinan KPK terhitung mulai Senin 16 September 2019," ujar Saut, Jumat (13/9). 

Setelah itu, juga ramai petisi penolakan Firli sebagai ketua KPK. Aksi demo menolak Firli sebagai ketua KPK juga banyak dilakukan pegiat antikorupsi. Masa depan pemberantasan korupsi dinilai bakal suram di tangannya. Ini karena Firli dianggap bukan sosok yang benar-benar bersih dan berintegritas. Firli juga ditolak oleh pegawai KPK. 

Penolakan itu berasal dari penyidik dan pegawai lainnya yang merasa gelisah karena Firli pernah melanggar kode etik saat menjabat sebagai Direktur Penindakan KPK.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat Firli Bahuri Terpilih Jadi Ketua KPK: Suara Bulat Komisi III dan Dugaan Ada Operasi Senyap"
Penulis : Wahyuni Sahara
Editor : Bayu Galih

Selanjutnya: ICW desak Jokowi supervisi penyelesaian tes wawasan kebangsaan di KPK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×