Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M. Rizal Taufikurahman, menilai target PNB per kapita sebesar US$ 5.520 pada 2026 lebih bersifat pencapaian statistik ketimbang mencerminkan kualitas pertumbuhan ekonomi.
Menurutnya, PNB per kapita hanya menggambarkan rata-rata pendapatan tanpa memperhatikan distribusi, ketimpangan, maupun daya serap sektor produktif terhadap tenaga kerja.
“Kualitas pertumbuhan ekonomi seharusnya diukur dari perbaikan produktivitas, diversifikasi industri bernilai tambah, serta peningkatan daya beli masyarakat luas, bukan sekadar rata-rata pendapatan dalam dolar,” kata Rizal kepada KONTAN, kemarin.
Baca Juga: GNI Per Kapita Diusulkan Jadi Indikator Kualitas Pertumbuhan Ekonomi, Tepatkah?
Ia menambahkan, selama struktur ekonomi masih bergantung pada konsumsi rumah tangga dan ekspor berbasis komoditas mentah, kenaikan PNB per kapita cenderung menguntungkan kelas menengah-atas.
Sementara itu, masyarakat berpendapatan rendah tetap menghadapi stagnasi daya beli.
“Pemerintah menempatkan angka PNB sebagai narasi kemajuan, meski kualitas pertumbuhan sejati seperti pemerataan, industrialisasi, dan peningkatan produktivitas tenaga kerja masih menjadi pekerjaan rumah besar,” tegas Rizal.
Selanjutnya: Kejutan Besar! Manchester United Tersingkir dari Piala Liga oleh Tim Divisi Empat
Menarik Dibaca: Dari Nash hingga Hawking, Ini Daftar 6 Film Biopik Para Jenius Wajib Tonton
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News