Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) mencatat ada beberapa ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Salah satunya ada fokus kepada arah investasi yang padat karya.
Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) Adisatrya Suryo Sulisto menyampaikan biarpun realisasi investasi sepanjang kuartal I-2020 tumbuh positif, tetapi hasilnya tidak mencerminkan mandat dari Presiden RI Joko Widodo.
“Dari awal kan harusnya diberikan kemudahan di bidang investasi di sektor farmasi, kesehatan, dan bidang pangan. Karena ini industri farmasi tidak bisa memproduksi bahan baku di dalam negeri, prioritas harus membangun industri dalam negeri,” kata Adi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) BKPM dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (23/4).
Baca Juga: Begini strategi BKPM untuk meminimalisir dampak virus corona terhadap investasi
Adi menyampaikan, sebelumnya saat RDP dengan BUMN industri farmasi, industri dalam negeri kewalahan akibat ketersediaan bahan baku industri dasar kimia. Kendala tersebut sangat terasa saat ini di tengah pandemi virus corona atawa Covid-19. Alhasil bahan baku industri padat karya tersebut mau tidak mau berasal dari impor.
Anggota Fraksi Partai PDIP tersebut menambahkan kekecewaannya, bahwa di samping realisasi investasi yang tumbuh positif tapi didominasi oleh sektor tersier atau jasa yang seret lapangan kerja. Setali tiga uang, realisasi itu tidak searah dengan tujuan investasi untuk meningkatkan tenaga kerja.
“Realisasi sektor tersier atau jasa mendominasi, bahkan hampir separuh total realisasi. Ke depan BKPM harus menggenjot yang padat karya seperti manufaktur,” ujar Adi.
Berdasarkan laporan BPKM realisasi investasi langsung di sektor tersier atau jasa sepanjang kuartal I-2020 sejumlah Rp 115,9 triliun. Angka tersebut setara 55% dari total realisasi investasi sebanyak Rp 210,7 triliun. Sementara sektor, primer hanya Rp 30,8 triliun dengan kontribusi paling kecil yakni 14,6% dari keseluruhan investasi langsung.
Benar saja, dari total penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) kontributor terbanyak berasal dari transportasi, gudang, dan telekomunikasi senilai Rp 49,3 triliun. Setara 23,4% dari jumlah realisasi investasi.
Memang, sektor jasa merupakan prestasi bagi BKPM. Nyatanya, pertumbuhan sektor yang minim menyerap tenaga kerja ini selalu paling banyak sejak tiga tahun lalu. Catatan BKPM secara berurutan yakni sebanyak 42,3% pada 2017, 50,9% pada 2018, dan 57,5% pada 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News