kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

DPR: Jangan sampai rupiah ke Rp 15.000


Jumat, 14 Agustus 2015 / 13:33 WIB
DPR: Jangan sampai rupiah ke Rp 15.000


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Anggota Komisi XI DPR RI Ahmadi Noor Supit mengharapkan nilai tukar rupiah tidak sampai mencapai level lebih dari Rp15.000 per dolar AS dan dapat lebih stabil pada 2016 mendatang.

"Tahun depan kita targetkan Rp13.200 (per dollar AS). Tapi sekali lagi kalau jebol sekarang ya sulit. Makanya sekarang jangan sampai (rupiah) di angka Rp15.000. Kalau sampai Rp15.000, udah lewat barang itu. Nggak tertahan," ujar Ahmadi di Jakarta, Jumat (14/8).

Ahmadi menuturkan, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) harus dapat meyakinkan masyarakat bahwa kondisi ekonomi akan membaik ke depannya sehingga dampak lanjutan akibat pelemahan rupiah dapat lebih diminimalkan.

"Kalau sampai dolar tidak tertahan, maka kemungkinan PHK akan terjadi besar-besaran. Mereka tidak mampu membayar utang. Sekarang utang mereka ini besar sekali, tidak terkontrol. Utang BUMN tidak terkontrol. Mekanismenya terlalu mudah untuk mencari utang ke luar negeri," kata Ahmadi.

Ahmadi juga menilai, memang belanja pemerintah akan berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya di daerah-daerah. Namun hal tersebut tidaklah cukup apabila "trust" tidak ada.

"Pemerintah harus mati-matian meyakinkan pasar, meningkatkan ekspor agar rupiah menguat. Sehingga pengusaha juga tidak buru-buru menyatakan dirinya bangkrut," ujar Ahmadi.

Menurut Ahmadi, saat ini sejumlah pengusaha tengah menghitung kemungkinan usahanya bangkrut apabila tidak ada harapan ekonomi membaik ke depannya.

"'Trust' itu internal dan eksternal. Pajak juga jangan merajalela main hajar aja. Jangan bikin aturan yang membuat pengusaha kita takut ke depan," kata Ahmadi.

Terkait pertumbuhan ekonomi sepanjang 2015, Ahmadi memproyeksikan ekonomi tidak akan tumbuh mencapai 5 % mengingat pada semester pertama saja pertumbuhan ekonomi hanya 4,7 %.

"Saya kira tidak sampai. Di angka 4,8-4,9 % sudah jago betul," ujar Ahmadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×